Lebih dari Satu Tahun Dimakamkan, Waluyo Tiba-tiba Kembali ke Rumah

Ade Sulaeman

Penulis

Lebih dari Satu Tahun Dimakamkan, Waluyo Tiba-tiba Kembali ke Rumah

Intisari-Online.com - Membayangkan seseorang yang sudah dinyatakan meninggal, bahkan sudah dimakamkan, kemudian kembali ke rumah dalam keadaan bugar tentu hanya akan membuat kita bengong tidak percaya.

Itulah kira-kira yang dialami warga Suryoputran PB 3/43, Panembahan, Kraton, Yogyakarta, yang mendadak heboh dengan kembalinya Waluyo (62) ke rumahnya.

Sebab, pada Mei 2015 lalu, pria yang bekerja sebagai tukang becak ini dinyatakan "meninggal" karena jadi korban tabrak lari dan sudah "dimakamkan".

Awalnya, pada Selasa (2/8/2016) siang, Waluyo tiba-tiba pulang ke rumahnya di Suryoputran PB 3/43, Panembahan. Saat ada yang mengetuk pintu, keluarga kaget. Ternyata, pria yang ada di balik pintu adalah Waluyo.

"Saat membuka pintu, ya kaget. Ibu itu sampai lihat kakinya menapak di tanah atau tidak," ujar anak Waluyo, Anti Ristanti, Selasa.

Selain keluarga, beberapa warga juga terkejut dengan kepulangan Waluyo ke rumahnya.

"Tetangga juga kaget bapak kok balik lagi. Tetapi, memang benar bapak," katanya.

Dianggap meninggal

Anti menceritakan, ayahnya meninggalkan rumah sejak Januari 2015 lalu. Ayahnya selama ini memang sering tidak pulang sampai berbulan-bulan karena profesinya sebagai tukang becak.

"Bulan Mei saya mendapat kabar ada tabrak lari di daerah Wonosari," ucapnya.

Saat keluarga mengecek ke rumah sakit, wajah korban mengalami luka gores dan lebam. Namun, saat dilihat, wajah, gigi, rambutnya memang mirip dengan Waluyo.

Dugaan itu diperkuat dengan kaus yang dikenakan korban juga mirip milik Waluyo.

"Wajahnya dan ciri-cirinya mirip bapak, tinggi badan, bajunya," ucapnya.

Selama enam hari, pria yang mirip Waluyo itu dirawat di Rumah Sakit Sardjito. Dia dalam keadaan koma. Keluarga pun menungguinya secara bergantian. Setelah enam hari dirawat, pria tersebut meninggal dunia.

"Saat ibu memandikan juga melihat wajahnya memang mirip bapak," katanya.

Setelah itu, korban yang diduga Waluyo itu dimakamkan di tanah kelahirannya di Suren Kulon, Canden, Jetis, Bantul.

"Mungkin yang dulu itu gelandangan, tetapi wajahnya memang persis sekali," kata Anti.

Anti mengaku, setelah mendengar kabar bahwa ayahnya hidup kembali dan pulang, perasaannya campur aduk antara senang dan tidak percaya.

Ia berharap, setelah pulang, ayahnya tidak pergi lagi. Anti ingin ayahnya tetap bersama keluarga di rumah.

"Saya pengen bapak tetap di rumah. Saya sudah kerja, jadi bisa merawat bapak," tuturnya.

Saat ditemui dirumahnya, Waluyo mengaku tidak pulang karena mendapat pekerjaan di Semarang. Selama di Semarang, ia tidur di emperan toko hingga akhirnya bertemu dengan salah satu orang yang mengenalnya dan mengantarkan pulang ke Yogya.

"Tadi bertemu manajer hotel di daerah Dagen, Kota Yogya, lalu diantar pulang. Dari Semarang jam 08.00 pagi," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dukuh Suren Kulon Agung Sudarto membenarkan Waluyo lahir dan besar di Suren Kulon. Ia sendiri yang saat pemakaman menerima jenazah sebagai perwakilan warga Suren Kulon.

"Kemarin ditelepon keluarganya di Suryoputran kalau Waluyo pulang. Lha, saya kaget, terus yang dimakamkan dulu itu siapa," ucapnya.

Ia lantas mengajak Sadari, yang tidak lain adalah kakak sepupu Waluyo, berangkat ke Suryoputran untuk memastikan tentang kabar itu.

Saat mereka tiba di Suryoputran, Waluyo yang berada di halaman siang itu langsung mengenali keduanya dan memanggil.

"Saya itu langsung dipanggil, Pak Dukuh. Kakaknya juga dipanggil. Saya, Sadari (kakak sepupu Waluyo) sempat ngobrol lama dan kita yakin 100 persen kalau yang pulang itu benar Waluyo," katanya.

(Wijaya Kusuma/kompas.com)