Setelah 16 Tahun, Aktivis Perempuan India Ini Mengakhiri Aksi Mogok Makan

Moh Habib Asyhad

Penulis

Setelah 16 Tahun, Aktivis Perempuan India Ini Mengakhiri Aksi Mogok Makan

Intisari-Online.com -Setelah 16 tahun, aktivis perempuan India, Irom Sharmila, akhirnya mengakhiri aksi mogok makannya. Terakhir Irom makan lewat mulut pada 5 November 2000. Setelahnya, ia mengonsumsi makanan dalam bentuk cairan melalui selang.

Sharmila diyakini menjadi salah satu atau bahkan satu-satunya pelaku mogok makan terlama di dunia. Sharmila melakukan aksinya sebagai bentuk protes terhadap undang-undang yang mengizinkan tentara melakukan tembak di tempat terhadap tersangka pemberontak tanpa khawatir akan digugat.

Selain itu, undang-undang tersebut juga memungkinkan militer menangkap tersangka pemberontak militan tanpa perlu mendapatkan surat perintah penangkapan. Undang-undang itu sangat kontroversial dengan banyaknnya penyalahgunaan dan menjadi alat bagi penguasa untuk menyingkirkan para pesaingnya.

Jika Sharmila benar-benar mengakhiri aksinya ini, para dokter menyarankan supaya ia tidak langsung menyantap makanan padat. Artinya, ia harus mengonsumsi makanan cair terlebih dahulu.

Setelah Sharmila secara resmi mengakhiri mogok makannya di pengadilan maka dia dipersilakan pergi sebagai orang bebas. “Kami belum tahu ke mana dia akan pergi. Jika dia ingin tinggal bersama kami, kami siap menerimanya. Namun, itu haruslah menjadi keinginannya,” kata kakak laki-lakinya, Irom Singhajit, kepada kantor berita Press Trust of India.

Tujuan mogok makan ini adalah menekan pemerintah India untuk mencabut Undang-undang Wewenang Khusus Militer. Di bawah aturan ini, tentara berhak membunuh siapa saja yang mereka curigai akan melawan negara, terutama di kawasan bermasalah di India.

Sharmila baru berusia 28 tahun ketika 10 warga sipil tewas dan 42 lainnya terluka ketika militer India melepaskan tembakan saat orang-orang itu tengah menunggu bus di kota Malom, lembah Imphal, Manipur. Peristiwa yang terjadi pada 2 November 2000 itu kemudian dikenal di India dengan nama “Pembantaian Malom”. Tragedi ini melibatkan Assam Rifles, salah satu pasukan paramiliter yang beroperasi di negara bagian Assam.

Tak lama setelah tragedi mengenaskan itu, Sharmila yang berasal dari negara bagian Manipur yang bergolak, memulai aksi mogok makannya. Tiga hari setelah melakukan aksi mogok makan, aparat keamanan India menangkap Sharmila karena dianggap mencoba melakuan bunuh diri.

Sejak saat itu, Sharmila sudah berulang kali ditangkap, dibebaskan dan ditangkap lagi. Selain itu, sejak melakukan mogok makan Sharmila hanya bertemu dengan ibunya satu kali. Keputusannya tak bertemu ibunya adalah dia khawatir pertemuan dengan ibunya akan membuatnya mengakhir perjuangannya.

“Pada hari undang-undang ini dicabut, itulah saatnya saya akan makan nasi dari tangan ibu saya,” ujar Sharmila suatu ketika. Bulan lalu, perempuan berusia 44 tahun itu mengatakan dia akan mencoba masuk ke dunia politik, dan di saat yang sama dia menegaskan akan mengakhiri mogok makannya.

Sharmila menegaskan dia akan maju sebagai calon independen dalam pemilihan umum di negara bagian Manipur dan akan memperjuangkan pencabutan Undang-undang Wewenang Khusus Militer yang diprotesnya. Saat ini, undang-undang kontroversial itu berlaku di kawasan konflik seperti Kashmir dan wilayah timurlaut India yang diguncang pemberontakan.(Kompas.com)