Penulis
Intisari-Online.com – Sebuah dapur yang berusia 2.000 tahun telah dirombak dan dipasang kembali dengan persediaan yang akurat secara historis.
Itu dilakukan untuk memberikan gambaran kepada wisatawan, seperti apa kehidupan sehari-hari warga Pompeii.
Bukan sembarang dapur, dapur ini adalah untuk Fullonica di Stephanus, binatu mewah berlantai tiga di jantung kota.
Tempat itu menjadi yang populer bagi bangsawan Romawi yang kayu di Pompeii untuk mengirim cucian mereka, termasuk toga mereka, untuk dicuci.
Tentu saja, yang dimaksud itu adalah binatu Romawi, yang berarti mereka menggunakan campuran tanah liat dan urin untuk mencuci pakaian mereka, bukan deterjen seperti yang kita gunakan sekarang.
Rekonstruksi dapur itu selesai pada 25 Juli 2022, sebagai bagian dari proyek baru yang dirancang oleh Pengawas Arkeologi Pompeii untuk menciptakan gambaran kehidupan nyata tentang bagaimana orang Romawi kuno hidup, bernapas, bermain, dan makan.
Dapur itu sekarang terlihat hampir persis seperti yang mereka gunakan pada 2.000 tahun yang lalu.
Para arkeolog dan peneliti memasang dapur itu lengkap dengan pemanggang logam, barang pecah belah dari gerabah, panci, dan wajan.
Rupanya cara memasak orang Romawi tampak sedikit berbeda dengan kita saat ini.
Mereka tidak memiliki kompor gas atau listrik untuk memasak makanan mereka.
Dapur mereka dilengkapi dengan bak yang dirancang khusus untuk menyalakan api dan diisi dengan arang panas.
Melansir History Things, seperti diketahui dari gambaran pada tembikar dan mosaik dalam tulisan sejaraan dan dokumen kontemporer lainnya, makanan basah seperti sup dan semur dimasak dalam panci dan wajan yang diletakkan di atas tripod, seperti tripod kamera itu, membuat panci atau wajan tetap berdiri, dan tidak langsung terkena api.
Sementara, makanan padat seperti daging, ikan, dan sayuran, biasanya diletakkan langsung di atas bara dan dipanggang di atas bara.
Para arkeolog memberikan perhatian khusus untuk menampilkan dapur seotentik mungkin.
Setiap peralatan memasak, seperti panci, wajan, kuali, tripod, sebenarnya ditemukan di abu di lokasi ketika pertama kali digali pada tahun 1912 oleh Vittorio Spinazzola.
Artefak tersebut diberi label dan katalog dengan hati-hati, lalu dikemas untuk disimpan dengan aman.
Beberapa kemudian ditempatkan di lemari pajangan kaca di sekitar Pompeii dan museum.
Sejak itu, beberapa kemudian ditemukan, dibersihkan, dan dipajang di dapur tempat mereka berada.
Dapur ini bukan satu-satunya contoh masakan Romawi yang sekarang dipamerkan di Pompeii.
Wisatawan sekarang dapat melihat sisa-sisa fosil roti berusia 2.000 tahun dan sup kacang, serta sayuran di pameran permanen serupa di gedung olahraga Pompeii.
Penggalian di situs Pompeii meluas ke permukaan jalan dari letusan gunung berapi Gunung Vesuvius pada tahun 79 M.
Segala sesuatu yang ditemukan para arkeolog di Pompeii sangat berharga karena abu dari letusan gunung berapi itu mempertahankannya seperti dalam potret kehidupan Romawi.
Forum, beberapa rumah dan vila, serta pemandian semuanya terpelihara dengan sangat baik.
Itu sangat membantu dalam memahami siapa orang Romawi terlepas dari bagaimana penulis klasik menggambarkan mereka.
Dari grafiti kuno di Pompeii, para arkeolog belajar percakapan sehari-hari, dan belajar tentang kehidupan sehari-hari orang Romawi dari ratusan mosaik dan lukisan dinding yang indah di dinding dan lantai kota.
Mereka terus bekerja keras untuk menggali dan merenovasi Pompeii, berharap bahwa mereka dapat menghadirkan kehidupan Romawi kepada wisatawan seperti 2.000 tahun lalu.
Dapur ini hanyalah awal dari proyek, dan masih banyak lagi.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari