Penulis
Intisari-Online.com -Setelah 15 tahun berlalu, polisi wanita asal Texas, AS, biasa dipanggil Hannah, berhasil menangkap laki-laki yang pernah melecehkannya. Waktu itu, si polwan masih berusia 8 tahun.
Setelah penangkapan itu, pengadilan akhirnya memutuskan bahwa laki-laki itu, belakangan diketahui bernama Erlis Jospeh Chaisson, terbukti melakukan serangan seksual dan melakukan perbuatan tak senonoh terhadap anak-anak. Akibatnya, laki-laki 47 tahun itu harus mendekam di penjara seumur hidupnya. Ia juga mendapatkan tambahan dua hukuman, masing-masing tujuh tahun untuk semua dakwaan.
Tak hanya itu, pengadilan juga memutuskan Erlis baru berhak mendapatkan pembebasan bersyarat jika telah menjalani masa hukumannya selama 42 tahun.
Erlis melecehkan korbannya yang kini berusia 27 tahun, selama kurun waktu empat tahun di kediamannya di Louisiana dan Texas, dimulai sejak korban berusia delapan tahun. Saat diwawancarai Daily Beast, polwan itu menyadari ia memiliki kekuatan untuk menangkap laki-laki yang melecehkannya setelah lulus menjadi seorang polisi.
Hannah kemudian melaporkan pelecahan yang menimpanya di masa kanak-kanak kepada seorang detektif di kantor Sheriff McLennan County, Brad Bond. Kepada Bond, Hannah menjelaskan rincian pelecehan yang dilakukan Erlis kepada dirinya selama kurang lebih empat tahun itu.
Setelah melaporkan hal ini kepada Bond, Hannah kemudian menyusun rencana untuk bertemu dan membekuk Erlis. Ia berencana bertemu langsung dengan Erlis dan merekam semua percakapan mereka agar bisa dijadikan barang bukti di pengadilan.
Setelah menyepakati waktu bertemu dengan Erlis, Hannah kemudian menemui laki-laki itu, sementara seorang petugas memarkir kendaraannya di satu tempat untuk mengawasi pertemuan tersebut. Hannah memasukkan alat perekam di balik bra yang dikenakannya tetapi sempat khawatir alat perekam itu tak bekerja dengan baik.
“Jantung saya berdegup kencang. Kami sudah membahas berbagai kode dengan menggunakan tangan dan segalanya,” ujar Hannah terkait persiapannya.
Akhirnya pertemuan antara Hannah dan Erlis berlangsung dan semuanya berjalan lancar. “Ia (Erlis) berbicara seperti kepada teman baiknya. Enam kali dia mengaku dalam rekaman pembicaraan selama satu setengah jam itu,” ujar Hannah.
Rekaman pembicaraan itu kemudian diputar di pengadilan dan Erlis masih mencoba untuk mencari pembenaran atas perbuatannya itu. Hannah, di dalam sidang itu mengatakan, ia selama ini menyimpan pengalaman buruknya itu sebagai sebuah rahasia kelam selama lebih dari 10 tahun.
Keputusannya untuk melaporkan masalah ini muncul setelah ia mendaftarkan diri dan berlatih untuk menjadi seorang polisi. “Saya adalah seorang penegak hukum. Saya ingin melindungi masyarakat. Bagaimana saya bisa melindungi masyarakat jika saya tak bisa melindungi diri saya sendiri?” terang Hannah.
Menurut jaksa Gabrielle Massey, ketika memasuki kehidupan Hannah pada pertengahan 1990-an, laki-laki itu sudah pernah dipenjara di Louisiana karena kasus yang sama. Erlis bebas dari penjara pada 1994 dan mulai melecehkan Hannah sekitar setahun sesudahnya. Saat Hannah berusia 12 tahun, pelecehan berhenti.(Kompas.com)