Derek Paravicini, Sang Musisi Jenius

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Derek Paravicini, Sang Musisi Jenius

Intisari-Online.com -Derek Paravicini dilahirkan prematur, 3 bulan lebih awal, pada 26 Juli 1979. Kembarannya tidak selamat. Secara teknis, dia sempat meninggal tiga kali saat itu, namun akhirnya bisa bertahan.Ditambah lagi, penglihatannya rusak karena overdosis oksigen. Otaknya juga mengalami kerusakan, membuatnya sulit berkomunikasi dan belajar. Derek juga mengalami autisme. Dia tidak bisa membedakan mana kiri atau kanan, bahkan berhitung satu sampai 10 pun sulit. Namun, siapa sangka, di balik kekurangannya itu, dia mempunyai indera pendengaran yang sangat bagus, dan dia adalah seorang jenius di bidang musik!

Keluarga Derek pesimistis dia bisa bergaul dengan teman-temannya karena kemampuan komunikasinya yang terbatas. Namun, pada umur dua tahun, sesuatu yang luar biasa terjadi! Ibunya, Mary Ann Hanbury, melihat Derek duduk di depan piano, membunyikan piano tersebut dengan baik, Sejak saat itu, orangtuanya menyekolahkan Derek ke sekolah khusus anak tunanetra.

Di sekolah tersebut, saat pelajaran musik, Derek menghambur ke arah piano, meninggalkan ibunya yang menemani di sampingnya. Seorang anak perempuan yang sedang memainkan piano didorongnya begitu saja, supaya dia bisa memainkan piano tersebut.

Sang guru piano, Dr. Adam Ockelford, yang masih ingat saat-saat tersebut, mengenang, ”Dia seketika lari dari orangtuanya dan mulai memainkan piano tersebut. Dia tidak hanya menggunakan jemarinya, namun juga punggung tangannya, dengan gerakan karate, siku, dan beberapa kali dengan hidungnya.” Sejak itu Adam menjadi pengasuh Derek, sekaligus sahabat. Dia memberikan waktu sepenuhnya untuk mengasah kemampuan Derek. Tidak lama setelah itu, Derek mulai dikenal dunia, sebagai musisi ajaib yang luar biasa.

Kemampuan musiknya pernah diuji di University of Sheffield. Beberapa sarjana di bidang musik yang ragu akan kemampuan memori musikal Derek memintanya mendengarkan komposisi Basque Lullaby yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Derek memainkannya kembali dengan sempurna.

Kemampuan Derek yang menakjubkan, dan kondisi perkembangan Derek yang autistik dimasukkan dalam kategori langka: Savant Syndrome.

Profesor Simon Baron-Cohen dari Trinity College, Cambridge, menjelaskan, ”Seorang savant biasanya dijelaskan sebagai seseorang yang mempunyai paling tidak satu kemampuan yang tidak biasa, dibandingkan dengan kemampuan lainnya. Hal itu terlihat lebih jelas pada seseorang yang mempunyai kesulitan dalam belajar. Orang dengan autisme cenderung lebih baik di ranah sistematis. Musik mempunyai keteraturan dan pola yang mungkin bisa menjelaskan kenapa orang autis tertarik pada musik. Kadang, hal itu bisa menjadi sangat berkembang, dan akhirnya dia menjadi savant.”

Sampai kini, Derek masih tidak tahu bagaimana berpakaian sendiri atau makan sendiri. Dia selalu membutuhkan pengasuh selama 24 jam. Tapi kemampuan musiknya tidak tertandingi. (*)