Find Us On Social Media :

Kisah Ibu Pembersih Laut

By Jeffrey Satria, Kamis, 28 Juni 2012 | 19:59 WIB

Kisah Ibu Pembersih Laut

Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mengajak keluarga untuk berlibur ke pantai atau laut sekitar Jakarta? Anda yang berdomisili di Jakarta tercinta mungkin tahu betapa kotornya pantai dan laut Ibukota. Berbagai ragam sampah dari organik maupun non-organik menggenang di atas air yang sudah berubah warna menjadi kehijau-hijauan, bahkan kehitam-hitaman. Membayangkan saja sudah jijik rasanya, apalagi harus menyentuhnya.

Bagi Valerie Lecoeur, sampah yang ada di pantai atau laut justru jadi keprihatinan tersendiri. Setiap  berlibur ke pantai bersama ketiga anaknya, Valerie mengadakan permainan berburu sampah dan harta karun. Sampah-sampah yang dipungutnya di pantai itu diubahnya menjadi mainan! Ya, Valerie adalah pendiri Zoe b Organic, sebuah perusahaan yang membuat dan menjual produk-produk ramah lingkungan bagi bayi dan anak. Beberapa produknya yang terkenal adalah mainan pantai yang terbuat dari bijih jagung. Mainan ini kabarnya dapat terurai dalam 2-3 tahun.

Tak puas hanya memungut sampah di pantai, Valerie, memutuskan untuk melihat lebih dalam masalah sampah di lautan. Tak tanggung-tanggung, ia memutuskan untuk ikut berlayar dengan perahu ke tengah-tengah Samudra Pasifik! Ke sebuah tempat ketika hanya sedikit manusia pernah mengunjunginya.

Tiga minggu di atas kapal dihabiskan Valerie untuk melawan mabuk laut sambil memikirkan ketiga anaknya yang baru berumur 4, 8, dan 9 tahun setiap saat. Namun tekad Valerie tetap bulat. “Jika ingin mengubah dunia, bukankah hal pertama yang harus saya lakukan adalah keluar dari zona nyaman?” ujar perempuan kelahiran Paris, Prancis itu.

Tiga Mei 2012 menjadi hari bersejarah itu. Dengan kapal riset, Sea Dragon, Valerie berlayar dari Majuro, Pulau Marshall bersama 14 kru. Dalam waktu 19 hari mereka berhasil sampai di “Western Pacific Garbage Patch”, sebuah tempat berkumpulnya sampah-sampah lautan.

Dalam perjalanan itu Valerie menyimpulkan beberapa hal yang bisa kita pelajari.

  1. Manusia tidak bisa melihat efek sampah plastik di lautan. Hanya biota laut yang bisa merasakan, dan itu mempengaruhi ekosistem mereka.
  2. 60 - 80% dari sampah yang ada di lautan adalah plastik.
  3. Plastik membunuh ribuan biota laut, terutama hewan laut setiap tahunnya. Bagi penyu laut, plastik yang mengambang terlihat seperti ubur-ubur, dan bagi burung laut, bijih plastik terlihat seperti telur ikan. 
  4. Dari hari ke hari, laut makin mirip sebuah sup berisi sampah-sampah manusia – sebagian besar plastik. 
  5. Valerie dan tim melakukan 21 kali penjaringan sampah. Setiap kali mereka menjaring sampah, mereka selalu mendapati sampah plastik. 
  6. 80% sampah plastik yang ada di lautan berasal dari daratan. Sampah-sampah itu dibuang ke selokan, dan terus mengalir melalui sungai dan berkumpul di lautan. 

Jadi, pertanyaanya sekarang, apa yang bisa kita lakukan? (www.healthychild.org)