Junghuhn dan Riwayat Kina di Jawa

Rusman Nurjaman

Penulis

Junghuhn dan Riwayat Kina di Jawa

Intisari-Online.com - Kina dikenal luas sebagai salah satu tanaman herbal penangkal malaria. Ketika pertama kali diperkenalkan ke Nusantara, kina membawa angin pembaharuan dalam dunia medis yang dibawa oleh orang Barat. Namun sebagaimana dicatat Denys Lombard dalam Le Carrefour Javanais (Nusa Jawa Silang Budaya), mulanya hal ini tak lepas dari kepentingan orang Barat untuk mengatasi “demam” ganas yang dipicu penyakit tropis itu. Banyak orang kulit putih di Nusantara yang menderita karenanya.

Orang Barat sendiri mengenal kina sejak abad ke-17. Tepatnya sejak kesembuhan Comtesse del Chinchon di tahun 1638 yang termasyhur itu. Di Batavia, orang Belanda sudah menggunakannya sejak akhir abad ke-18. Sementara kulit kayu diimpor dari Amerika. Namun sampai pertengahan abad ke-19, penggunaan tanaman yang begitu berharga itu di Nusantara masih amat terbatas.

Perubahan besar terjadi ketika seorang Hasskarl membawa bibit-bibit pohon kina ke Nusantara pada 1854. Setelah melalui proses penyesuaian dengan iklim Nusantara di Cibodas (pada ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut), FW. Junghuhn, pria asal Jerman, mengupayakan pembudidayaannya. Demi kepentingan yang satu ini, ia membangunan perkebunan yang pertama di daerah Pengalengan.

Lombard, sejarawan masyhur itu, kemudian mencatat, diperkenalkannya spesies tanaman baru itu membawa manfaat besar yang lebih manjur. Tanaman yang didatangkan dari Bolivia itu menjadikan Jawa Barat salah satu pusat terpenting produksi kina. Impor kulit kayu dari Amerika pun dihentikan dan Jawa kini telah menghasilkan patisari kina sendiri. Pabrik pengolahan kina, yang sampai kini masih bekerja di Bandung, didirikan pada 1896. Karena itu, biaya produksi pun bisa ditekan. Semua itu mengkondisikan penduduk Jawa menjadi salah satu di antara pengidap malaria pertama di dunia yang dapat mengonsumsi kina secara besar-besaran.

Riwayat ini setidaknya menunjukkan sejarah medis pada masa tertentu yang membawa keberuntungan bagi pribumi. Terlebih, berkat Junghuhn yang berjiwa luhur itu.