Find Us On Social Media :

Kegigihan dan Ketekunan Rio Haryanto (2)

By Rusman Nurjaman, Senin, 12 November 2012 | 13:00 WIB

Kegigihan dan Ketekunan Rio Haryanto (2)

Intisari-Online.com - Terjun penuh ke dunia balap mobil, menurut Rio, tak hanya menjadi pelajaran berharga bagi dirinya, tetapi juga bagi pembalap yang lebih muda. Kuncinya, berlatih, disiplin, dan jangan lekas menyerah. Ia pernah mengalami keputusasaan lantaran tidak mendapat sponsor. Peluang untuk mengembangkan diri di luar negeri kecil sekali. Namun, seiring prestasi yang diraih, akhirnya sponsor datang sendiri.

Tantangan lain berupa kesiapan mental. Kala pertama kali turun di ajang GP3, misalnya, Rio sempat dipandang remeh pembalap lain dari Eropa. Ia memang memerlukan lebih banyak adaptasi dengan sirkuit Eropa dan karakter pembalapnya. “Pada balapan pertama di Barcelona, saya benar-benar kesulitan untuk memperoleh hasil lomba yang optimal. Tapi dengan usaha keras, di seri selanjutnya saya bisa tampil sebagai juara 1,” kisah Rio.

Di arena GP2 tantangannya lain lagi. Rata-rata pembalap di ajang itu usianya dua-tiga tahun lebih tua dari Rio. Ini bisa berarti mereka lebih matang. Dinamika kompetisinya pun sejak awal lebih ketat.

Memilih balap mobil sebagai profesi dan hidup dari arena ke arena membentuk pandangannya soal karier, “Buat saya, ini adalah my work, dan mobil adalah kantornya.”

Tak abai dengan pendidikan

Rio menjalani profesinya dengan latihan 4-5 kali seminggu dengan menu beragam. Selain mendalami teknik balap, ia juga melakukan latihan fisik untuk meningkatkan stamina dengan  fitness, renang, lari, dan bersepeda. Obsesinya tak hanya tampil di F1, tapi menjuarainya.

Sadar bahwa pendidikan tak bisa ditinggalkan, Rio kini juga tengah memulai kuliah di Singapura. “Pasti ada hambatan karena saya harus menjalani jadwal yang sangat padat,” katanya. “Tetapi saya selalu berusaha untuk tidak meninggalkan pendidikan, karena ini adalah bekal untuk masa mendatang,” tambah pengagum pembalap mendiang Ayrton Senna ini.

Rio menyangkal anggapan awam bahwa pembalap biasa hidup mewah. Menurut dia, tidak semua pembalap berpenampilan serba mewah dan mahal. Yang mereka lakukan justru berlatih setiap hari, berdiskusi dengan tim, dan sebagainya. “Ya, banyak sekali hal serius yang menuntut kesungguhan dan nyali besar,” tegasnya.

Di luar kesibukannya berlomba, Rio suka pergi ke tempat-tempat bernuansa alamiah. Biasanya, ia pergi ke pantai. Rio sadar, sebagai pembalap ia mendapat banyak tekanan. “Menjadi pembalap itu risikonya tinggi, biayanya juga tinggi.” Oleh karena itu, ia selalu butuh tempat yang hening dan jauh dari keramaian agar bisa santai dan menenangkan diri.