Find Us On Social Media :

Mari Sebarkan Senyum dan Tawa (3)

By Ade Sulaeman, Selasa, 1 Januari 2013 | 14:55 WIB

Mari Sebarkan Senyum dan Tawa (3)

Intisari-Online.com - Dengan mengusung nama “Red Nose Relief,” Red Nose Foundation (Yayasan Hidung Merah / YHM) mengunjungi daerah-daerah di Indonesia yang mengalami bencana atau konflik sosial. Daerah-daerah yang dikunjungi antara lain Aceh, Yogyakarta, Padang dan Mentawai. Beberapa rekan Dan dari Clown without Borders juga turut serta dalam acara ini, tentunya sama-sama badut.

Kedatangan mereka untuk trauma healing para warga sekitar, terutama anak-anak. Selain melakukan pertunjukan, para badut ini juga memberikan pelatihan singkat teknik-teknik sirkus sederhana seperti juggling, cascade, putar piring, atau bunga kayu. “Ada juga sedikit aksi-aksi akrobatik,” tambah Dedi, salah satu tim inti YHM yang dipimpin oleh Dan Roberts.

Di satu wilayah bencana atau konflik, YHM terus berpindah-pindah tempat, sehingga semua area yang terkena dampak bencana dan konflik dapat mereka datangi. Untuk tempat istirahat, mereka memilih untuk menetap di rumah penduduk. Bahkan Dedi menyebut tim ini sudah seperti musafir yang selalu berpindah-pindah.

Untungnya sebagian besar warga menyambut baik mereka. Selain karena tujuan mereka yang positif, kostum yang mereka gunakan juga tidak macam-macam. Tidak seperti badut pada umumnya yang menggunakan riasan serba tebal dan cenderung rumit, badut-badut YHM hanya menggunakan aksesoris hidung merah, kaos, sepatu bebek, serta coverall.

Tersimpan cerita yang unik dari masing-masing daerah yang dikunjungi. Misalnya saja saat di Aceh, bulan Maret-April 2010. Dedi melihat sendiri betapa dalamnya trauma yang dialami oleh warga Aceh setelah tsunami. Saat YHM melakukan pertunjukan, salah satu badut YHM yang juga warga Aceh langsung ketakutan saat tetiba terjadi gempa dalam skala besar. Sampai-sampai dia minta acara dihentikan.

Masih saat di Aceh, tepatnya di daerah Tamiang (perbatasan Provinsi D.I. Aceh dan Provinsi Sumatera Utara), kru YHM ini diajarkan lagu-lagu serta budaya-budaya warga setempat. Lucunya, para badut ini justru dikenalkan dan diajarkan “tepuk badut.”

Sementara saat berkunjung ke Mentawai, kru YHM dikagetkan oleh kemampuan anak-anak setempat dalam bermain juggling justru di saat kru YHM melakukan juggling. Bedanya, bila kru YHM menggunakan bola, mereka menggunakan buah-buahan dan batu-batu kecil. Begitu diberikan bola-bola yang digunakan kru YHM, ternyata anak-anak ini tidak mengalami kesulitan.

Antusias warga Mentawai pun sangat tinggi untuk menonton pertunjukan badut-badut YHM. Meski acara dijadwalkan mulai pukul 16.30, warga sudah memenuhi sekolah yang dijadikan lokasi pertunjukan sejak pukul 15.00. “Ada sekitar 450 orang yang datang,” Dedi terharu.

Melihat antusiasme warga terhadap pertunjukan sirkus yang mereka tampilkan ini, terutama yang berada di wilayah konflik atau bencana, membuat Dedi senang sekaligus terharu. “Karena hanya itu yang kita bisa kasih,” ujarnya.

Lagi pula rasanya wajar bila anak-anak ini begitu senang dengan kahadiran badut-badut YHM, tempat-tempat tersebut memang jarang menghadirkan hiburan, apalagi sirkus. Bahkan di Jakarta sendiri tidak cukup banyak hiburan untuk kalangan tidak mampu. “Itu menunjukkan bagaimana mereka haus akan hiburan,” Dedi menambahkan.

Kesenangan tersebut tentu saja tidak murah. Perlu dana yang tidak sedikit untuk membiayai biaya operasional termasuk penyediaan fasilitas belajar dan alat-alat untuk mereka berlatih sirkus. Untuk itu Dan membuka pintu untuk para donatur yang ingin membantu kegiatan YHM. Untuk tetap membuat anak-anak Indonesia mengembangkan senyumnya.