Penulis
Intisari-Online.com - Bisa jadi hal ini absurd untuk ukuran Indonesia. Seorang presiden hdup apa adanya. Ia tinggal di rumah milik istrinya, sebuah peternakan sederhana. Jemuran pakaian tergantung di halaman rumah. Sumber air berasal dari sumur yang ada di pekarangan. Ilalang tumbuh di seputaran sumur. Lalu hanya ada dua polisi dan anjing berkaki tiga yang mengawasi rumah itu.
Ya, begitulah rumah Presiden José Alberto "Pepe" Mujica Cordano (77), Presiden Uruguay. Pemerintah sebenarnya telah menyediakan rumah mewah untuknya, namun ia memilih tinggal di rumah istrinya, jauh dari ibukota Montevideo. Presiden dan istrinya mengolah lahan sendiri dan menanam bebungaan.
Gaya hidup yang keras - dan kenyataan bahwa Mujica mendonorkan sekitar 90 persen gajinya (setara dengan AS$ 12.000) untuk kegiatan amal - membuat ia yang diberi embel-embel sebagai Presiden Termiskin di Dunia. Tahun 2010, dalam pelaporan harta kekayaannya - di Uruguay wajib untuk pejabat - ia mencantumkan jumlah kekayaannya adalah AS$ 1.800. Itu merujuk ke harga VW Beetle tahun 1987.
Tahun ini ia menambahkan separo dari aset istrinya, yakni tanah pertanian, traktor, dan rumah, senilai hampir AS$ 215.000. Kekayaan Mujica itu hanya dua pertiga dari kekayaan Wakil Presiden Danilo Astori dan sepertiga dari kekayaan mantan presiden sebelumnya, Tabare Vasquez
"Saya bisa hidup seperti ini di sepanjang hidup saya. Saya hidup bahagia dengan apa yang saya punya," katanya sambil duduk di kursi tua di tamannya. Dengan menyumbangkan gajinya itu, ia hidup setara dengan rakyat kebanyakan yang berpendapatan AS$ 775 per bulan.
Terpilih tahun 2009, Mujica menghabiskan waktunya tahun 1960-an dan 1970-an sebagai bagian dari pasukan gerilya Tupamaros, kelompok sayap kiri yang terinspirasi oleh revolusi Kuba. Ia tertembak enam kali dan menghabiskan waktu 14 tahun di penjara. Selama di penjara ia mengalami kehidupan yang keras dan terisolasi sampai dibebaskan tahun 1985 ketika Uruguay kembali ke sistem demokrasi. Tahun-tahun di penjara membantunya membentuk pandangan hidup.
"Saya disebut sebagai presiden termiskin. Namun saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi gaya hidup yang mahal, dan selalu menginnginkan lebih dan lebih. Ini persoalan kebebasan. Jika Anda tak memiliki banyak keinginan. Anda tak perlu bekerja seumur hidup seperti budak untuk memenuhinya. Dan dengan begitu Anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri.
"Saya mungkin terlihat seperti orang tua yang eksentrik. Namun ini masalah kebebasan memilih," katanya.
Saat pertemuan Rio +20 Juni tahun lalu ia membuat pidato yang menghentak. "Kita semua sedang berbicara soal pembangunan berkesinambungan untuk mengenyahkan kemiskinan. Namun, apa yang kita pikirkan? Apakah kita menginginkan model pembangunan dan konsumsi dari negara-negara kaya? Saya bertanya kepada Anda semua sekarang, apa yang akan terjadi pada planet ini jika orang Indian boleh memiliki mobil per keluarga sama seperti orang Jerman? Berapa banyak oksigen yang tersisa?
"Apakah Bumi ini memiliki cukup sumber daya sehingga tujuh atau delapan miliar penduduk memiliki tingkatan konsumsi dan limbah yang sama seperti yang kita lihat sekarang di negara kaya? Inilah tingkat konsumsi berlebih yang membuat Bumi kita makin panas."
Meski popularitasnya menurun semenjak pemilihan tahun 2009 (tingkat popularitasnya di bawah 50 persen saat ini), Mujica tak begitu khawatir. Beberapa kebijakan yang diambil sering di luar dugaan. Salah satunya adalah mendukung legalitas konsumsi ganja, dalam sebuah RUU yang akan memberikan kekuasaan negara untuk mengatur perdagangan ganja.
"Konsumsi ganja bukanlah hal yang mengkhawatirkan. Perdagangan ganjalah yang menjadi persoalan nyata," katanya. Umurnya sudah 77 tahun dan tidak bernafsu untuk mengikuti pemilihan presiden lagi. "Kalaupun saya nanti pensiun, saya tidak akan khawatir dengan penurunan pendapatan saya."
Ya, bukankah sekarang ia sebenarnya sama dengan rakyat kebanyakan? (BBC)