Find Us On Social Media :

Diana Rikasari: Dari Blogger ke Enterpreneur

By Rusman Nurjaman, Selasa, 25 Juni 2013 | 18:00 WIB

Diana Rikasari: Dari Blogger ke Enterpreneur

Intisari-Online.com - Seiring waktu, tulisan-tulisan Diana soal mode mulai dilirik para pelaku usaha di bidang perbusanaan. Mereka melihat hal tersebut sebagai potensi pasar yang menjanjikan. Pasalnya, banyak tulisan-tulisan blogger mempunyai pembaca yang loyal. Hal inilah yang kemudian menempatkan Diana seakan berperan dalam menentukan selera konsumen.

Sejak itu banyak merek lokal yang bekerja sama dengan Diana. Mulai dari yang skala distribusinya distro hingga dept. store. Saking banyaknya, Diana tidak ingat lagi berapa jumlah merek lokal yang pernah bekerja sama dengannya. Beberapa merek mode asing terkenal juga pernah bermitra dengan dia.

Tak hanya itu. Beberapa merek jenis barang lain juga ikut berkolaborasi dengan Diana. Misalnya, ponsel, kamera, dan beberapa barang elektronik lain. Menurut Diana, mode sekarang rupanya lebih dimaknai sebagai gaya hidup yang tidak melulu berkaitan dengan baju. Produk kecantikan tak ketinggalan juga ikut bermitra dengan Diana. “Padahal fashion dan produk kecantikan beda. Tapi ya sudah, saya mau-mau saja,” papar dia. Yang pasti, Diana hanya mau bekerja sama dengan merek yang barangnya disukainya.

Bentuk kerja samanya macam-macam. Ada yang meminta Diana membuatkan desain baju buat mereka atau desain sepatu. Ada juga yang memintanya menjadi ikon sebuah produk merek mode di media sosial. Akan tetapi ada juga mereka yang sekadar mengirim produknya untuk dipakai Diana dan diunggah di blognya, asalkan mereknya disebutkan. “Bentuk kerja samanya memang beragam. Tapi semuanya saling menguntungkan,” ungkap perempuan blasteran Jawa-Sunda ini.

Soal kompensasi, tergantung jenis merek. Khusus untuk lokal tidak ada kompensasi yang diterimanya “Karena ‘kan aku tujuannya hanya untuk membantu mereka,” terang Diana. Ia paham betul kendala para pengusaha pemula. Untuk mengiklan di media, biayanya mahal. Padahal mereka biasanya tidak mempunyai dana. Karena itu, Diana membantu mempromosikan produk mereka. Kecuali baju untuk dipakai Diana agar dipromosikan lewat blog, dia tak meminta pamrih apa pun. Hanya untuk merek yang sudah mapan dan bonafid, lain lagi model kerjasamanya. Dari mereka, biasanya dia mendapatkan bayaran khusus.

Merintis merek sendiri

Semula Diana menyiapkan diri untuk menjadi pekerja kantoran. Kuliahnya pun mengambil jurusan teknik industri dan manajemen bisnis. Namun setelah sekian lama ngeblog, dia semakin meyakini minatnya pada mode. Menulis di blog ternyata membantunya menemukan minat dia yang sesungguhnya.

Latar belakang pendidikannya memang bukan mode. Toh hal itu tak lantas menjadi halangan buat Diana. Di bidang mode, Diana adalah seorang autodidak sejati. Pengetahuan tentang mode ia peroleh dari diskusi dengan orang yang lebih kompeten atau membaca literatur. “Selain itu, sejak lama saya memang suka fashion,” ujar lulusan Sarjana Teknik Industri Universitas Indonesia ini.

Menyadari potensi yang dimilikinya, sejak tahun 2010 Diana mulai mengembangkan mereknya sendiri. “Up” namanya. Sebuah merek untuk produk sepatu perempuan dengan harga yang lebih terjangkau. Desainnya Diana sendiri yang merancang. Jadilah kini Diana layak menyadang predikat desainer-entrepreneur.

Sementara untuk pemasaran dia hanya mengandalkan media sosial dan Instagram. Perkembangannya lumayan bagus. Pembelinya bahkan tak hanya dari pribumi saja, tetapi juga dari Malaysia, Singapura, dan Amerika. Penjualannya dilakukan secara daring (online). Karena targetnya adalah model sepatu dengan harga yang terjangkau, Diana hanya menjual dalam kisaran harga Rp180 - Rp300-an ribu saja.

Ke depan, Diana berjanji akan terus menekuni blogging dan bisnis sepatunya. Dia sangat menyukai dua aktivitasnya ini dan akan terus menekuninya secara serius. “Lagi pula potensinya masih besar dan masih banyak ruang yang bisa dieksplorasi terus. Jadi sayang kalau misalnya berhenti di sini,” pungkas Diana. (Intisari)