Penulis
Intisari-Online.com - Usianya sudah 76 tahun. Meski demikian, tidak menyurutkannya untuk terus berkesenian. Hal itu terlihat saat acara Pagelaran Tarling Dua Generasi di pendopo Bentara Budaya Jakarta, Jumat (22/06) kemarin. Bersama grup tarlingnya, Candra Kirana, Djana sukses memukau penonton malam itu.
Djana menekuni tarling sejak usianya genap 10 tahun. Sebagai pemuda yang gemar bermain musik, Djana muda banyak menimba ilmu musik kepada siapa pun yang dia anggap mumpuni.
Bagi Mang Djana, sapaan akrabnya, tarling bukan hanya sekadar musik. Ia adalah bagian dari hidup. Ia tak bosan bermain tarling meski usia tua terus menggerogotinya. Dia juga keukeuh dengan aliran tarling klasik yang diwariskan oleh nenek-buyutnya.
Pada dasarnya, Djana tidak menolak inovasi pada tarling. Dia cuma tidak mau tembang-tembang dari gamelan (pentatonis) hilang dari tarling. Itu terlihat saat Candra Kirana, grupnya, tidak hanya memainkan irama-irama pentatonis nan menyayat hati belaka, tapi juga irama-irama diatonis nan rancak dengan bahasa khas Cirebonan.
“Memperintah tarling itu perlu, tapi bukan mengubahnya sehingga hilang jati diri kita sebagai wong Cirebon. Kalau suka dangdut tidak apa-apa, tapi biarkan tarling seperti aslinya,” ujarnya.
Kini, sehari-hari Djana sibuk menularkan tarling kepada salah satu cucunya, Muarif, 17 tahun, yang juga dia bawa serta waktu pagelaran di Bentara Budaya Jakarta kemarin.