Sifat Unik adalah Kelebihan 3: Dr. Cipto Mangunkusumo si Penantang Bahaya

K. Tatik Wardayati

Penulis

Sifat Unik adalah Kelebihan 3: Dr. Cipto Mangunkusumo si Penantang Bahaya

Intisari-Online.com - Menjelang ulang tahun Republik Indonesia, secara berseri INTISARI-ONLINE akan menampilkan sisi lain yang unik dari para pemimpin pergerakan nasional kita.

Di Solo dr. Cipto dikenal sebagai "dokter berbendi" karena biasa naik bendi. Suatu petang di depan alun-alun keraton yang ramai, ia memacu keretabendi dengan kencang. Esoknya ia dipanggil polisi. Tapi ia bebas dari tuduhan karena tidak mengenakan selop maupun topi waktu mengendarai bendi.

Istrinya seorang Belanda vegetarian dan pandai memasak. Bung Hatta punya kenangan betapa lezatnya masakan Bu Cip, terutama gudegnya. Pasangan Pak dan Bu Cip punya anak perempuan yang dipungut setelah orang tua si anak meninggal akibat penyakit menular pes di Malang. Anak itu diberi nama Pesyati.

Ketika Putri Elizabeth dinobatkan menjadi Ratu Inggris menggantikan ayahandanya yang mangkat, pemerintah RI mengutus Haji Agus Salim dan Sri Pakualam VIII. Pangeran Philip yang masih muda tampak canggung menghadapi para tamu yang kebanyakan lebih tua. Menyadari situasi itu, H. Agus Salim sang diplomat yang menguasai delapan bahasa asing, mendekati Pangeran Philip seraya mengayun-ayunkan rokok kretek.

“Apakah Paduka mengenal bau rokok ini?” ia bertanya.

Pangeran Philip menjawab ragu. Ia tak mengenal aroma rokok itu. Sambil tersenyum H. Agus Salim berkata, “Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya.”

Sang Pangeran tertawa, suasana pun menjadi cair. Ia jadi bergerak luwes menghadapi para tamu.

Putra Jakarta ini merupakan anggota Volksraad yang jago pidato. Dia juga sosok yang dikagumi teman dan disegani lawan. Ketika debat di Volksraad mengenai anggaran belanja Hindia Belanda tahun 1940, Thamrin berani menuduh pemerintah kolonial secara culas mengambil kedudukan istimewa. Pemerintah tidak tunduk pada rakyat, tapi rakyat dipaksa tunduk pada pemerintah jajahan. Drossaers yang mewakili pemerintah jajahan menolak usaha-usaha untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Rupanya ia “kuwalat”. Setelah Jepang menduduki Indonesia dan Drossaers pulang ke negerinya setelah perang usai, ia dipecat dari kedudukannya selaku direktur Binnenland Bestuur.

Thamrin meninggal setelah ditahan polisi selama lima hari, yang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik. Deretan pengantar mengiringi jenazahnya menuju pemakaman.

Ia dikenal amat cerdas dan lulusan pendidikan tinggi di universitas bergengsi di Zurich yang menghasilkan pemenang hadiah Nobel seperti Einstein, Max Plank, dan suami-isteri Curie.

Sam meraih gelar dokter di usia masih sangat muda, 28 tahun. Ia pernah bekerja pada dinas kereta api S.S. di zaman kolonial, tetapi karena sering tidak cocok dengan atasannya yang berpendidikan lebih rendah, ia keluar.

Ia pernah menjadi anggota Volksraad, dan bersama-sama Thamrin mempecundangi kebijakan politik kolonial Belanda. Ia juga mendirikan majalah berbahasa Belanda Nationale Commentaren yang berisi artikel karya tokoh nasional, di antaranya Bung Hatta.

- bersambung -