Find Us On Social Media :

Abraham Samad (6): Pelajaran Kejujuran dari Ibu

By Ade Sulaeman, Senin, 21 Oktober 2013 | 20:00 WIB

Abraham Samad (6): Pelajaran Kejujuran dari Ibu

Ini merupakan bagian keenam dari artikel Majalah Intisari edisi khusus ulang tahun ke-50, September 2013, dengan judul asli “Abraham Samad: Jujur Saja Tidak Cukup”.

Intisari-Online.com -  Sifat saya yang kritis dalam menentang ketidakadilan dan kritis dalam memerangi korupsi merupakan ajaran dari orangtua, terutama ibu.

Saya merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Sejak umur sembilan tahun saya sudah menjadi anak yatim, jadi peran ibu-lah yang paling besar dalam pembentukan karakter.

Sampai sekarang saya masih ingat betul peristiwa saat masih kecil, saat saya baru berumur delapan tahun.

Kala itu, sepulang sekolah saya membawa pulang kapur tulis milik sekolah sebanyak lima biji ke rumah. Maksud saya, akan digunakan untuk belajar di rumah.

Tak tahunya, begitu ibu mengetahui saya membawa pulang kapur ke rumah, dia marah besar.

“Tahukah kamu, tindakan itu sangat tidak terpuji. Seandainya saja kamu sudah dewasa, perbuatanmu itu termasuk tindakan kriminal karena mengambil sesuatu yang bukan hakmu,” begitulah ucap ibu dalam kemarahan kepada saya.

Dia lalu menyuruh saya agar menyimpan kapur tersebut, dan mengembalikan ke sekolah pada keesokan harinya. Ibu juga terus mewanti-wanti, supaya saya jangan sekali-kali mengambil sesuatu yang bukan haknya, sekecil apa pun itu.

Peristiwa itu terus membekas di benak saya sampai saat ini. Setiap mendapat godaan untuk berbuat curang, saya langsung teringat pesan ibu. Bagaimanapun juga, kejujuran harus dipertahankan, apa pun risikonya.