Penulis
Berikut ini bagian kedua dari artikel berjudul "Indonesia Mengajar: Memasok Inspirator, Menyiapkan Pemimpin" yang dimuat di Majalah Intisari edisi khusus 50 tahun, September 2013.
--
Intisari-Online.com - Pada 2009, lahirlah inisiatif gerakan Indonesia Mengajar.
Kami percaya, dan kelak terafirmasi, semangat mengabdi sangat tinggi di kalangan anak muda. Masih berlimpah darah belia yang siap turun tangan, melunasi janji kemerdekaan republik ini.
Buktinya, di angkatan pertama, jumlah pendaftar ditargetkanv500 orang untuk dipilih 50 orang. Ternyata yang mengajukan diri 1.383 orang!
Disyaratkan sudah sarjana, belum menikah dan berusia di bawah 25 tahun. Seleksi digelar dan terpilihlah yang berprestasi akademik, berjiwa pemimpin, aktif di organisasi, komunikatif, dan mau berjuang di daerah sulit.
Di angkatan pertama, Indonesia Mengajar mengirim 51 orang. Kini Indonesia Mengajar telah mengirim lebih dari 350 orang yang diseleksi dari lebih dari 33 ribu pendaftar.
Hampir 60% dari mereka telah bekerja dan memilih untuk iuran setahun hidupnya untuk mengabdi, untuk ikut mencerdaskan saudara sebangsa. Hati kita hangat.
Sekali lagi, kita punya banyak anak muda yang enggan terperangkap modus to have, jika boleh meminjam pemikiran psikolog Erich Fromm. Mereka lebih memeluk modus to be dalam menjalani hidup.
Ibu kita tetap melahirkan pejuang, keluarga kita di republik ini tetap membesarkan pejuang. Kami bangga dan bergetar menyaksikan hadirnya pejuang-pejuang muda ini.
Para guru temporer itu kami sebut Pengajar Muda. Dalam imajinasi kami, para Pengajar Muda hadir menyodorkan harapan. Hadir untuk mendekat-kan jarak para murid dengan pusat kemajuan.
Hadir demi membuat para siswa SD di daerah penempatan mereka menyimpan mimpi. Hadir untuk merangsang para orangtua berkeinginan me- miliki anak terdidik.
Semangatnya adalah: Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi.
Di sisi lain, para Pengajar Muda ini juga akan belajar. Mereka mengecap pengalaman berada di pelosok Indonesia, tinggal di rumah warga kebanyakan.
Menghadapi tantangan mulai dari sekolah yang minim fasilitas, desa minus listrik, masyarakat yang nyaris tanpa akses informasi, sampai derajat kemiskinan yang memprihatinkan.
Itu semua adalah “Kawah Candradimuka” yang bakal membuat para Pengajar Muda lebih kuat, kreatif, dan arif.
Kami berharap, setelah satu tahun, para anak muda ini berpotensi memiliki kompetensi kelas dunia sekaligus memiliki pemahaman dan pengalaman di tingkat akar rumput.
Tak hanya membantu di ranah pendidikan, Indonesia Mengajar juga men- suplai calon-calon pemimpin di masa depan. Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.