Find Us On Social Media :

Dulu Tukang Sayur, Kini Kanit Provost

By Ade Sulaeman, Jumat, 10 Januari 2014 | 21:00 WIB

Dulu Tukang Sayur, Kini Kanit Provost

Intisari-Online.com - Berbekal kedisiplinan dan tekad yang kuat untuk menggapai cita-cita, Eny Suprapti meniti karier sebagai polisi wanita. Siapa sangka masa remajanya ia lalui dengan perjuangan yang berat akibat keterbatasan ekonomi.

Wanita yang telah menginjak usia 37 tahun itu kini menempati posisi penting di Polsek Pedurungan, yakni sebagai Kepala Unit (Kanit) Provost dengan pangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu).

Ibu dua anak ini menuturkan bagaimana awal ia menempuh studi di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) hingga akhirnya bisa menjadi perwira berpangkat balok dua ini.

Cita-cita menjadi polwan telah ada di benaknya sejak kelas 2 SD. "Waktu itu saat melintas di jalan bersama ayah, ayah saya putar balik motor karena melihat polwan di jalan. Saya ditunjukkan itu loh polwan. Sejak itu saya mulai tertarik jadi polwan," tuturnya.

Berasal dari keluarga yang kurang mampu, Eny pun sadar cita-citanya itu tidak mudah untuk diraih. Sedari SMP, Eny telah ikut bekerja keras membantu perekonomian orangtuanya. Tujuannya agar beban orangtuanya bisa ringan, dan berharap cita-citanya nanti didukung oleh kedua orangtua.

"Waktu SMP, saya itu jualan jagung rebus keliling di Perumahan Plamongan Indah," ujarnya.

Bahkan pernah Eny terjebak hingga malam hari di kompleks perumahan itu lantaran hujan deras. Dia hanya berteduh di emperan rumah orang tanpa masuk ke dalam rumah.

Jual sayur

Berjualan jagung rebus itu digeluti Eny hingga tamat SMP. Beranjak ke bangku SMA, ia pun menggeluti pekerjaan baru. "Saya jualan sayur di Pasar Peterongan," katanya.

Pekerjaan itu dilakukan Eny setiap hari tanpa meninggalkan bangku sekolah. Setiap jam dinding menunjuk pukul 01.00, dia sudah mempersiapkan sepeda ontel lengkap beserta keranjang di sisi kiri dan kanan belakang sepeda yang sudah berisi penuh sayuran.

Ketika sudah siap, dia pun mengayuh sepeda ontel dari rumah orangtuanya di Mranggen, Demak, menuju ke Pasar Peterongan, Semarang. "Itu saya lakukan setiap hari. Jadi sesama tukang sayur kami sering balapan," kenangnya.

Untuk mendukung cita-citanya selepas SMA, ia mulai melatih diri dan berlatih taekwondo. Ia pun bisa meraih sabuk (ban) merah.