Find Us On Social Media :

Jon Koum: Dulu Tukang Sapu, Kini Triliuner Baru (bag. 1)

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 22 Februari 2014 | 08:00 WIB

Jon Koum: Dulu Tukang Sapu, Kini Triliuner Baru (bag. 1)

Intisari-Online.com - Siapa sangka, seorang bocah yang dulunya hanya tukang sapu di sebuah toko kelontong kini menjadi triliuner baru. Jan Kaoum, sang pendiri WhatsApp, dulu hanya imigran Ukraina dekil yang hidup bergantung pada dana sosial yang diberikan oleh pemerintah.

Pada 1992, Jan Koum yang berusia 16 tahun tiba di Mountain View, Amerika Serikat. Didampingi oleh ibunya, Koum adalah imigran yang memutuskan hijrah dari Kiev, Ukraina, dengan mimpi meraih kehidupan yang lebih baik. Tidak seperti yang dibayangkan, masa awal-awal di AS dialami dengan sulit.

Keluarga Koum tinggal di apartemen kecil dengan dua kamar tidur hasil bantuan pemerintah. Mereka terpaksa bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan karena tak punya uang. Untuk menyambung hidup, Koum bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko kelontong, sementara sang ibu sebagai baby sitter.

Ayah Koum tak ikut bermigrasi. Pria yang bekerja di sektor konstruksi ini memilih tinggal di Ukraina. Begitu terpisah, Koum mengaku sulit menghubungi sang ayah karena mahalnya biaya telepon. "Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…" ujar Koum berandai-andai dalam wawancara dengan Wired.

Kesempaan bersekolah

Ketika masih tinggal di Ukrainan, keluarga Koum hidup di sebuah desa di luar ibu kota Kiev. Dia pergi menuntut ilmu di sebuah sekolah yang keadaannya begitu memprihatinkan sampai-sampai tak punya kamar kecil.

"Bayangkan suhu di luar -20 derajat celsius, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk ke kamar kecil," kenang Koum. Sesampainya di rumah, Koum kecil terpaksa bergelap-gelap karena tak ada sambungan listrik ataupun air panas.

Begitu pindah ke Amerika dan mulai bersekolah di sana, keluarga Koum adalah satu-satunya di kelas yang tidak memiliki mobil. Jadilah Koum terpaksa bangun lebih pagi untuk mengejar bus. Sang ibu menjejali koper yang dibawa dari negeri asal dengan pulpen dan buku tulis cetakan Uni Soviet untuk menghemat biaya peralatan sekolah.

Selain daya ekonomi yang kacau, Koum juga mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang buruk. Beberapa kali Koum terlibat masalah dengan teman-temannnya yang suka mengusilinya. Tapi, 16 tahun hidup di Ukrainan menjadikan Koum sosok yang tangguh secara fisik dan mental. Dia juga dibekali postur tubuh tinggi besar mencapai 188 cm.

Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai. Selain karena prestasinya yang buruk, Koum juga merasa sangat bosan dengan dunia akademik.

Koum akhrinya drop out, lalu mulai bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket, setelah itu di toko elektronik ISP, hingga perusahaan audit. Sampai kemudian pada 1997 Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo!. Enam bulan setelahnya, Koum mulai bekerja di Yahoo!. (Oik Yusuf|kompas.com)