Find Us On Social Media :

Jon Koum: Dulu Tukang Sapu, Kini Triliuner Baru (bag. 2)

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 22 Februari 2014 | 09:00 WIB

Jon Koum: Dulu Tukang Sapu, Kini Triliuner Baru (bag. 2)

Intisari-Online.com - Siapa sangka, seorang bocah yang dulunya hanya tukang sapu di sebuah toko kelontong kini menjadi triliuner baru. Jan Kaoum, sang pendiri WhatsApp, dulu hanya imigran Ukraina dekil yang hidup bergantung pada dana sosial yang diberikan oleh pemerintah.

Pada 1997 Jan Koum bertemu dengan Brian Acton setelah dan bergabung denga Yahoo!. Selain sebagai rekan kerja, Acton juga banyak membatu Koum di luar kantor, menghibur hatinya ketika sang ibu dan ayah meninggal. Ibu Koum meninggal pada 2000 sedangkan ayahnya tiga tahun sebelumnya.

Sembilan tahun bekerja di Yahoo! tidak lantas membuat Koum betah. Salah satunya Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus dia urus dan itu bertebaran di mana-mana. Bagi Koum, iklan bukanlah satu-satunya solusi monetisasi untuk semua pelanggan dan pengguna.

Perasaan serupa juga dirasakan oleh Brian Acton, dan keduanya sepakat untuk cabut dari Yahoo! di hari yang sama, 31 Oktober 2007. Koum yang saat itu berusia 31 tahun merasa mempunyai cukup biaya untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Koum bertekad, bisnis yang dia jalankan, tidak akan direcoki oleh iklan.

Koum dan Acton pisah jalan, tetapi masih sering bertemu untuk mendiskusikan rencana bisnis. Keduanya sempat mencoba melamar di Facebook dan sama-sama ditolak. Pada 2009, setelah membeli sebuah iPhone, Koum menyadari bahwa toko aplikasi App Store yang baru berumur tujuh bulan akan melahirkan industri baru yang berisi pengembang-pengembang aplikasi.

Koum mendapat ide untuk membuat aplikasi yang bisa menampilkan update status seseorang di daftar kontak ponsel, misalnya ketika hampir kehabisan baterai atau sedang sibuk.

WhatsApp serupa what’s up

Nama yang muncul di benak Koum adalah "WhatsApp" karena terdengar mirip dengan kalimat "what's up" yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar. Dia pun mewujudkan ide ini dengan dibantu oleh Alex Fishman, seorang teman asal Rusia yang dekat dengan komunitas Rusia di kota San Jose. Pada 24 Februari 2009, dia mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California.

Verisu pertama WhatsApp benar-benar dipakai sekadar untuk update status di ponsel. Pemakainya kebanyakan hanya teman-teman Koum dari Rusia. "Lalu, pada suatu ketika, ia berubah fungsi jadi aplikasi pesan instan. Kami mulai memakainya untuk menanyakan kabar masing-masing dan menjawabnya," ucap Fishman, sebagaimana dikutip oleh Forbes.

Koum tersadar bahwa dia secara tak sengaja telah menciptakan layanan pengiriman pesan. Tak hanya sebagai alat up date status di ponsel, WhatsApp bis digunakan untuk berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan menggunakan layanan internet. Bagi Koum, ini adalah hal yang luar biasa.

Ketika itu, satu-satunya layanan messaging gratis lain yang tersedia adalah BlackBerry Messenger. Namun, aplikasi ini hanya bisa digunakan di ponsel BlackBerry. Google G-Talk dan Skype juga ada, tetapi WhatsApp menawarkan keunikan tersendiri di mana mekanisme login dilakukan melalui nomer ponsel pengguna.

Koum merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen messaging. Jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak jadi 250.000 orang. Dia kemudian menemui Acton yang masih menganggur. Acton bargabung dengan WhatsApp dan membantu mencarikan modal dari teman-teman eks-Yahoo!. (Oik Yusuf|kompas.com)