Penulis
Intisari-Online.com -Lantaran kariernya yang sudah malang melintang, Djoko Tjahjono Iskandar, ahli katak Indonesia yang jadi rujukan ilmuan internasional, telah menjelajahi hutan di sebagian besar wilayah Indonesia. Totalnya sudah 30 provinsi kecuali Bangka Belitung dan Maluku Utara.
Dari upayanya menjelajahi hutan satu ke hutan yang lainnya, Djoko telah menemukan 30 spesies katak dan reptil. Beberapa spesies menggunakan namanya, seperti Luperosaurus iskandari, Fejervarya iskandari, Collocasiomya iskandari, dan Draco iskandari.
"Saya sudah temukan 30, tetapi masih ada sekitar 150 yang belum bisa saya ungkap," ujar pria 64 tahun yang pernah menerima penghargaan Habibie Awards ini.
Spesies-spesies yang belum terungkap itu, menurut Djoko, adalah spesimen yang belum lengkap jantan dan betinanya serta adanya spesimen yang rusak. Jika spesimen minim, pernyataan kebaruan jenis dapat dengan mudah dibantah sebagai hanya variasi.
Kini usia Djoko sudah 64 tahun, sebuah usia yang sudah tidak muda lagi. Penjelajahan ke hutan-hutan baginya tetap merupakan kegiatan paling menyenangkan, meski demikian, ia mengaku sudah tidak bisa selincah dulu saat usianya masih muda. Baginya, menjadi tua bukan alasan untuk tidak masuk ke hutan. Tahun lalu, saat penjelajahan ke Sulawesi mengungkap spesies Limnonectes larvaepartus, ia tinggal satu bulan di hutan.
Lantaran masih sering menjelajahi hutan kendati usinya tidak muda lagi, Djoko mengaku sering bengkak dan butuh waktu lama untuk pulih. Seraya bercanda, ia mengungkapkan, "Mungkin nanti kalau ke hutan tidak perlu satu bulan lagi, cukup satu minggu."
Untuk ke depannya, Djoko berharap ada lebih banyak orang yang menaruh perhatian terhadap katak dan reptil, terlebih karena masih banyak spesies yang belum terungkap identitasnya.
Saat ini sudah muncul beberapa pakar katak dan repril berpotensi. Tapi menurutnya itu masih kurang dari cukup, perlu lebih banyak remaja yang tertarik untuk menjadi penerusnya. Mempelajari keanekaragaman hayati, kata Djoko Tjahjono Iskandar, ahli katak Indonesia yang menjadi rujukan ilmuan internasional, akan membuat siapa pun sebagai warga negara merasa puas karena diakui sekaligus bangga karena telah peduli pada alam Indonesia yang mahakaya. (Kompas.com)