Find Us On Social Media :

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (2)

By Moh Habib Asyhad, Senin, 16 Maret 2015 | 18:00 WIB

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (2)

Intisari-Online.com - Claus von Stauffenberg, tak seperti dikira banyak orang, bukanlah sekadar kurir pembawa bom. la bisa disebut maskot para konspirator penentang Fuhrer. Hasil wawancara penulis dengan banyak orang yang pernah mengenalnya, menunjukkan Stauffenberg sama sekali bukan tipe pengkhianat seperti dibilang Hitler. Putra ketiga pasangan Graf Alfred Schenk von Stauffenberg dan Caroline Graffin von Stauffenberg ini rela mati di medan perang demi negaranya.

Di Afrika tahun 1943, sebagai perwira berpangkat Letnan Kolonel, dia berjuang sampai titik darah terakhir, sehingga dianugerahi badge emas. Sungguh habis-habisan, karena dia sampai kehilangan mata kiri, tangan kanan, serta jari ketiga dan keempat dari tangan kiri. "Begitu menyayat hati melihatnya terluka seperti itu. Hebatnya, kendati sebagian tubuhnya terpotong, Stauffenberg tetap bersemangat," ucap seorang perwira yang menjenguknya di rumah sakit.

Bicara soal perang, Stauffenberg bukan orang sembarang. Sebelum terjun ke Afrika, ia mengepalai Grup II Seksi Organisasi. Tugasnya tergolong paling penting di Markas Angkatan Darat, yakni menangani dan merencanakan organisasi dan komando senior angkatan darat, pasukan pengganti dan wilayah yang diduduki. Makanya, dari semua perwira seksi organisasi, dia salah satu yang paling sering disebut-sebut dalam buku harian perang 1942.

Nama besar Stauffenberg tak hanya teruji di medan perang. Kemampuan intelektualnya juga mumpuni. Banyak teman dan atasannya di barak terkagum-kagum dan menaruh kepercayaan besar pada lelaki kelahiran Jettingen, Bavaria, 15 November 1907 itu. Schlabrendorff, seorang pemerhati sejarah Jerman menulis, Stauffenberg memang tentara langka. Dia tak hanya berkepribadian kuat, cerdas, dan supel, tapi juga sangat tegas.

Bakat alamnya itu sudah terlihat sejak pertama kali bergabung dengan tentara di Kavaleri ke-17. Seorang temannya menyebut, "Dia ahli dalam menyelesaikan perbedaan dan menyudahi pertengkaran. Dia juga teman yang hangat. Bukti terbaik untuk itu adalah tawanya yang lepas dan renyah. Banyak situasi menjadi baik lantaran tawa tersebut."

Pimpinan skuadronnya, Hans Walzer, pada Oktober 1933 juga memuji, "Dia mandiri dan terpercaya, mampu bersikap tegas dan mengambil keputusan sendiri. Sangat cerdas dan berkemampuan di atas rata-rata, baik secara taktis maupun teknis. Luar biasa dalam pergaulan dengan orang lain, serta menunjukkan minat besar pada persoalan sosial, sejarah, dan agama." Pendek kata, "la memiliki karakter maupun kemampuan meraih prestasi puncak. Dia teladan yang baik untuk perwira muda dan tipe yang kita butuhkan untuk jabatan komando tertinggi," tegas Mayor Jenderal Kleikamp, perwira di kantor Staf Jenderal. Meski masih muda, Stauffenberg kerap dipercaya sebagai "tempat curhat" banyak orang, termasuk sejumlah jenderal. Tak heran, jika Stauffenberg telat makan siang, teman-temannya langsung mengolok-olok, "Wah, dia pasti sedang menenangkan jenderal yang sedang curhat di kantornya."--