Find Us On Social Media :

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (4)

By Moh Habib Asyhad, Senin, 16 Maret 2015 | 18:30 WIB

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (4)

Intisari-Online.com - Adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel Jenderal Ludwig Beck –mengundurkan diri dari jabatannya pada pertengahan 1938 – yang diam-diam membuat jaringan penentang Hitler. Pengganti Beck, Kolonel jenderal Franz Haider (dipecat pada September 1942, setelah berdebat sengit dengan Hitler), kebetulan punya visi sama dengan Beck. Namun, Haider menentang upaya pembunuhan Hitler, sehingga dia tidak ikut melibatkan diri dalam rencana kudeta Beck.

Beck sendiri didukung sejumlah orang penting, baik di dalam maupun di luar Angkatan Darat. Ada Dr. Carl Goerdeler (mantan Walikota Leipzig dan pejabat tinggi keuangan), tokoh oposisi Dr. Julius Leber, Jenderal Olbricht, Mayor Jenderal Hans-Henning von Tresckow (kepala staf pasukan darat pusat), Laksanama Tempur Witzleben, Mayor Jenderal Helmuth Stieff (kepala seksi organisasi, staf umum Angkatan Darat). 

Namun, mereka masih memerlukan perwira yang dapat merencanakan operasi dan menerjemahkannya dalam tindakan, sedapat mungkin salah satu perwira terbaik Angkatan Darat. Jenderal Olbricht mengusulkan Stauffenberg - yang baru saja pulang dari Afrika - untuk dijadikan motor penggerak. Melihat reputasi Stauffenberg, usulan itu disepakati dengan suara bulat. Apalagi pos baru Stauffenberg sebagai orang kedua di korps pasukan pengganti setelah Kolonel Jenderal Fromm memungkinkannya bepergian ke markas besar Hitler.

Stauffenberg langsung membuat rencana. Usaha pertama, dilaksanakan13 Maret 1943, gagal total. Bom yang diselundupkan ke dalam pesawat Hitler tidak meledak. Beberapa hari kemudian, upaya serupa di sebuah gudang senjata di Berlin juga gagal. Membunuh Hitler memang bukan perkara gampang. Bukan hanya lantaran ketatnya pengawalan, tapi Hitler sendiri menyadari setiap detik dirinya dapat menjadi sasaran kemarahan musuh-musuhnya. Itu sebabnya, ia terus-menerus mengubah rencana perjalanan, menjalani hidup yang tidak teratur, serta selalu bepergian pada waktu yang tidak terduga. 

Akhirnya, muncul gagasan cerdas dari Tresckow, yakni membunuh Hitler di acara pengarahan atau konferensi di bunkernya sendiri. Tresckow mengusulkan Mayor Jenderal Helmuth Stieff yang melakukannya. Dialah satu-satunya anggota yang memiliki akses teratur ke acara pengarahan. Oktober 1943, Tresckow memberikan sejumlah bahan peledak ke Stauffenberg, yang kemudian meneruskannya ke Stieff. Namun, bom itu tidak pernah meledak. Stieff bilang, dia tidak pernah punya peluang memasukkan bahan peledak ke ruang konferensi. 

Usaha pembuhan berikutnya, November 1943, juga "gatot", alias gagal total. Acara parade perkenalan seragam militer baru ditunda beberapa kali, sampai akhirnya dibatalkan oleh Hitler. Padahal, Stauffenberg sudah menyiapkan sukarelawan yang akan menghabisi Hitler di acara itu. Sukarelawan (berperan sebagai peraga seragam) itu akan memakai tas perlengkapan yang sudah dibekali bom. Jika momennya memungkinkan, dia akan melompat ke arah Hitler, dan menyalakan detonator. 

Stauffenberg yang gemas dengan kegagalan demi kegagalan itu mulai memikirkan kemungkinan melakukan sendiri aksi menamatkan Hitler. Pucuk dicinta ulam tiba. Juli 1944, lelaki yang pernah bercita-cita jadi arsitek ini dipanggil ke markas besar Hitler. Pria yang pandangan hidupnya sangat dipengaruhi oleh penyair Stefan George ini bergumam dalam hati, "Akhirnya, kesempatan itu tiba."