Find Us On Social Media :

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (5)

By Moh Habib Asyhad, Senin, 16 Maret 2015 | 18:45 WIB

Clous von Stauffenberg, Kurir Pembawa Bom yang Nyaris Membunuh Adolf Hitler (5)

Intisari-Online.com - Pagi 20 Juli 1944, Jenderal Stieff, Claus von Stauffenberg, dan ajudannya Letnan Haeften mendarat di Bandara Rastenburg, dekat Wolfsschanze, markas besar Fuhrer. Stauffenberg turun menenteng tas berisi dokumen, sedangkan Haeften membawa tas berisi bom. Mereka sempat berbincang-bincang dengan Laksamana Tempur Keitel.

Stauffenberg dan Haeften lalu pamit masuk kamar untuk berganti baju. Saat itulah, keduanya menata ulang isi koper masingmasing. Bom dipindahkan ke koper kerja Stauffenberg, dan disetel untuk meledak dalam 10 – 15 menit. Lalu dengan tenang Stauffenberg masuk ke ruang pengarahan bersama Keitel. Ajudan Keitel berulang kali menawarkan bantuan untuk membawakan koper Stauffenberg, tapi si empunya selalu menolak.

Pertemuan diselenggarakan di ruang peta. Keitel melapor pada Hitler perihal kehadiran Stauffenberg. Hitler memberi salam padanya. Stauffenberg dipersilakan duduk di sebelah kanan Jenderal Heusinger yang duduk bersebelahan dengan Hitler. Agar dapat menempatkan koper tepat di sasaran, Stauffenberg berjalan mendekati meja peta. Tapi Kolonel Brandt, staf Heusinger, menghalangi. Akhirnya, dia meletakkan koper di bawah sisi kanan meja. Setelah itu, dia menghilang tanpa ketahuan.

Blammm!! Suara bom didengar Stauffenberg dari luar ruang peta. Jam saat itu menunjukkan pukul 12.45 siang. Setelah ledakan reda, Stauffenberg dan Haeften bergegas menuju bandara. Mereka berjalan melewati ruang konferensi, dari jarak sekitar 15 - 17 m. Sepertinya, bom meledak dengan sempurna. Kesempurnaan itu makin lengkap, setelah keduanya berhasil keluar markas Hitler dengan melewati dua titik penjagaan.

Ketika Stauffenberg dan Haeften berada di pesawat, sebenarnya sempat muncul perintah untuk menembak jatuh pesawat yang ditumpanginya. Tapi perintah itu datang ke meja Mayor Frederich Georgi, staf Angkatan Udara, menantu Jenderal Olbricht. Tentu saja, Georgi tidak meneruskan pesan itu, sehingga Stauffenberg selamat sampai di Berlin.

Sementara itu, pejabat rumah sandi berinisiatif menghentikan sementara arus lalu-lintas sandi. Sedangkan ajudan Hitler sibuk mengeluarkan seruan, agar kabar pembunuhan itu tidak bocor ke luar. Hidup matinya Hitler sendiri masih simpang siur. Namun, tak peduli apakah Hitler mati atau masih hidup, Jenderal Olbricht dan kawan-kawan segera memanfaatkan peluang ini.

Sesuai rencana, Olbricht segera mengeluarkan arsip-arsip operasi "Valkyrie" dari brankas. Olbricht lalu menemui Panglima Perang Pasukan Pengganti, Kolonel Jenderal Fromm, untuk memberi tahu kabar kematian Hitler, sekaligus mendesak agar rencana bernama sandi "Valkyrie" segera dilaksanakan. Fromm diminta menandatangani dokumen-dokumen itu, agar dapat segera dikirim ke petugas lalu-lintas sandi.

"Valkyrie" adalah aksi yang dirancang pada 1942, dibuat atas persetujuan penuh Hitler. Dokumen itu dibuat atas usulanjenderal Olbricht, yang berhasil meyakinkan Hitler tentang potensi gangguan keamanan dari para pekerja asing di Jerman. Untuk itu, harus disiapkan aksi untuk memobilisasi pasukan pengganti, bahkan seandainya komunikasi antara dirinya, Hitler, dan markas Angkatan Darat terputus. Dalam keadaan seperti itu, para pimpinan staf pasukan pengganti harus diberi wewenang melaksanakan rencana "Valkyrie" atas inisiatifnya sendiri.

Lewat "Valkyrie" inilah, pasukan pengganti dimobilisasi untuk secara "resmi" mengkudeta Hitler.

Rumah sandi macet

Sialnya, Fromm ternyata tidak langsung menandatangani perintah itu. la ingin kepastian nasib Hitler, sebelum terlibat dalam kudeta. Setelah tahu Hitler masih hidup, Fromm menolak menandatangani perintah-perintah "Valkyrie". Stauffenberg yang baru tiba di Berlin ikut merayu Fromm, "Aku melihat sendiri, setelah ledakan, sejumlah besar petugas medis datang berbondong-bondong."

Fromm menjawab dengan kecut. "Stauffenberg, rencanamu gagal, kamu harus menembak langsung dirimu sendiri." Stauffenberg menolak, "Tidak, aku tidak akan melakukan hal konyol seperti itu." Perdebatan berakhir dengan disanderanya Fromm oleh Stauffenberg dan kawan-kawan. Bersamaan dengan itu, Kolonel Jenderal Hoepner diminta menggantikan Fromm. Selain menggantikan Fromm, Hoepner juga diberi posisi baru, sebagai komandan tertinggi wilayah pasukan dalam negeri.