Naoto Matsumura, Orang Terakhir di Fukushima yang Memberi Makan Semua Binatang yang Tertinggal Pascatsunami Jepang 2011

Moh Habib Asyhad

Penulis

Naoto Matsumura, Orang Terakhir di Fukushima yang Memberi Makan Semua Binatang yang Tertinggal Pascatsunami Jepang 2011

Intisari-Online.com -Ini adalah pekerjaan yang tidak banyak orang berani melakukannya, tapi untuk seorang petani bernama Naoto Matsumura, keinginan itu datang secara alamiah. Naoto Matsumura, orang terakhir di Fukushima yang memberi makan semua binatang yang tertinggal pascatsunami Jepang 2011. Dia memutuskan tinggal di zona khusus Fukushima setelah bencana tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011. Ya, meskipun dengan risiko terpapar pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang bocor. Matsumura tinggal di kota kecil Tomioka, tujuh mil dari pembangkit listrik, di mana ia melihat semua binatang tertinggal saat tempat itu dievakuasi. Laki-laki yang mendapat julukan Macchan itu lantas merawat anjing-anjing, kucing-kucing, sapi-sapi, kuda-kudan, dan banyak burung unta. Seperti halnya penduduk lainnya, Matsumura ikut meninggalkan kotanya saat gempa terjadi, tapi ia kembali ke rumahnya untuk memberi makan anjingnya. Dia bilang kepada petugas yang berwenang bahwa semua anjingnya masih terikat. Dia percaya, penduduk lainnya juga akan melakukan seperti yang ia lakukan. Tapi Matsumura keliru. Dan ia pun memberi makan seluruh binatang yang tertinggal sejak saat itu. Tidak hanya anjing, kini Matsumura juga menjadi bapak dari seluruh binatang yang tertinggal di Fukushima/doc. Matsumura/Metro.co.uk Matsumura tengah menyiapkan makanan untuk binatang-binatangnya/dok. Matsumura/Metro.co.uk Setiap hari Matsumura harus berkeliling dari binatang satu ke binatang yang lain/dok. Matsumura/Metro.co.uk Dengan bantuan dari orang-orang di luar wilayah khusus Fukushima, Matsumura selama empat tahun merawat binatang-binatang malang itu/dok. Matsumura/Metro.co.uk “Sejak itu saya memberi makan semua kucing dan anjing setiap hari. Mereka tidak tahan menunggu sampai mereka akan berkumpul dan menggonggong sejadi-jadinya saat mendengaru sebuah truk menderu. Ke mana pun saya pergi, mereka akan terus menggonggong. Seolah-olah bilang ‘kami haus, kami haus’ atau ‘kami tidak punya makanan’. Jadi saya terus berputar mengitari mereka,” cerita pria yang sudah beruban itu panjang lebar. Tidak berhenti di hari itu saja, Matsumura terus melalukannya hingga empat tahun kemudian, hingga saat ini, berbekal sumbangan dari orang-orang—termasuk air—dari orang-orang di luar zona khusus. (Metro.co.uk)