Find Us On Social Media :

Hadiah Kedua yang Lebih Berguna

By K. Tatik Wardayati, Senin, 28 Maret 2016 | 19:00 WIB

Hadiah Kedua yang Lebih Berguna

Intisari-Online.com – Sebuah kompetisi dalam olahraga dan permainan diumumkan di sebuah sekolah di desa terpencil. Sebagian besar siswa berasal dari daerah pedesaan yang miskin di sekitar sekolah. Banyak yang mengikuti kelas hanya karena ingin menikmati makan siang gratis. Keuntungan bagi siswa miskin itu, karena orangtua mereka tidak mampu menyediakan makanan siang untuk anak-anak mereka.

Dalam kompetisi tersebut, hadiah pertama bagi pemenang adalah setrika listrik. Sementara untuk hadiah kedua adalah payung.

Johny berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ia adalah seorang pelari yang baik dan setiap orang y akin bahwa ia akan memenangkan hadiah pertama dengan mudah. Tetapi pada saat kompetisi tiba, hingga lomba hampir berakhir, Johny, yang memimpin dalam kompetisi tersebut, tiba-tiba memperlambat larinya. Ia membiarkan anak kedua menyalipnya dan mencapai titik akhir sebagai pemenang pertama. Johny dengan senang hati menerima payung baru sebagai hadiah kedua.

Guru kelas Johny saat itu juga menonton kompetisi. Ia menghampiri Johny dan bertanya mengapa ia dengan sukarela mengorbankan  hadiah pertama meskipun ia yakin akan mendapatkannya.

Kata Johny kepada gurunya, “Pak, saya tidak bisa memakai setrika listrik, hadiah pertama. Tidak ada listrik di rumah kami yang miskin. Selain itu, saya ingin memberikan payung baru itu sebagai hadiah kasih saya kepada adik saya, Lily, yang tidak punya payung untuk ke sekolah saat hari hujan. Ia hanya punya payung robek dan biasanya kami berdua basah saat hujan. Jadi, saya membutuhkan hadiah yang kedua.”  Guru itu sangat terharu mendengar kata-kata penuh kasih dari Johny.

Kasih, damai, dan sukacita adalah hasil dan refleksi dari hati yang murni dan polos. Mari kita belajar untuk mendengarkan bisikan hati nurani kita. Itulah firman Tuhan dari dalam diri kita.