Penulis
Intisari-Online.com – Alexander Agung (356 – 323 SM) memiliki kuda yang indah dan cantik, Bucephalus, yang bersamanya melalui beberapa pertempuran untuk merebut kerajaan Yunani perkasa. Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang bagaimana menjinakkan kuda Bucephalus, seperti yang dituliskan oleh Plutarch, sejarawan Yunani dan penulis biografi.
Ketika Alexander berusia dua belas tahun, Philonicus membawakan seekor kuda liar sebelum Raja Philip II dari Makedonia, ayah Alexander. Ia ingin menjualnya kepada Raja Philip. Tapi kuda itu tak terkendali dan tidak stabil. Tidak ada yang bisa menjinakkannya.
Alexander mengamati perilaku aneh dari kuda itu dan mencatat bahwa perilaku tidak normal itu karena takut akan bayangan sendiri. Setiap kali ia melihat bayangannya, kuda itu merasa takut dan menjadi tak terkendali. Alexander mengajukan diri untuk menjinakkannya. Raja Philip berjanji untuk membeli kuda dan hadiah kepada Alexander jika ia bisa menaiki kuda itu.
Alexander tahu, maka ia menjauhkan dari bayangannya sendiri. Ia membelai lembut dan perlahan membalikkan wajahnya ke arah matahari dan membimbing ke depan, sehingga bayangannya berada di belakangnya dan tidak bisa melihat bayangannya. Kuda itu menjadi jinak dan Alexander dengan mudah menaikinya dan berkuda dengan senang hati. Ia menamakannya Bucephalus dan menggunakannya untuk berperang sampai kematiannya.
Bayangan kita menjadi terlihat ketika kita berpaling dari sumber cahaya. Bayangan tumbuh semakin besar ketika kita bergerak menjauh dari sumber cahaya. Maka, janganlah berpaling dari Tuhan Yang Mahakuasa, pemilik kehidupan.