Find Us On Social Media :

Kebangkrutannya Makin Jelas, Sri Lanka Akan Berhenti Cetak Uang dengan Inflasi Mencapai Hampir 60 Persen, Warga Negara Itu Berbondong-bondong Lari Sebelum Makin Menderita

By May N, Rabu, 6 Juli 2022 | 09:41 WIB

Antrian warga Sri Lanka untuk membeli bahan bakar

Intisari - Online.com - Sri Lanka, yang sudah kehabisan uang dolar untuk membeli bahan bakar dan sedang mencetak mata uang rupee untuk membayar gaji lokal, berupaya menghentikan suntikan mata uang lokal untuk menekan inflasi tercepat Asia.

Mengutip Bloomberg, tingkat inflasi saat ini diperkirakan mencapai 60%, seperti disampaikan oleh Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe kepada parlemen Selasa kemarin sebelum review kebijakan moneter Kamis besok.

Berbicara mengenai dana talangan dari International Monetary Fund (IMF) terbilang rumit karena bangsa itu sedang bangkrut, tambahnya.

Wickremesinghe kini melihat Sri Lanka mencapai kesepakatan tingkat staf dengan IMF pada Agustus besok, ditunda dari tenggat Juni yang sebelumnya diajukan.

Harga konsumen naik 54,6% pada Juni dari tahun sebelumnya, dengan transportasi melonjak 128% dari bulan sebelumnya dan makanan 80% di tengah kekurangan akut tanaman pangan dan minyak mentah.

Bank Sentral Sri Lanka berada di jalur untuk mencetak lebih banyak rupee dalam ekonomi yang menyusut tahun ini daripada ketika output tumbuh pada 2021, yang juga mengipasi biaya.

Warga Sri Lanka melarikan diri

Krisis Sri Lanka masih terus saja memburuk, dan kehidupan sehari-hari warga yang hidup di pulau kecil itu telah sangat sulit.

Karena meningkatnya harga bahan-bahan pokok, seperti bahan bakar dan kekurangan obat, banyak warga Sri Lanka putus asa dan ingin melarikan diri dari negara tersebut.

Selasa kemarin, PM Wickremesinghe menyebut total utang Sri Lanka sekarang lebih dari USD 50 miliar, dan Sri Lanka adalah sebuah "negara bangkrut."

Dengan tidak ada tanda krisis berkurang, dan tidak ada dana talangan dari IMF, banyak warga Sri Lanka pergi secara ilegal dengan perahu ke negara-negara terdekat seperti India dan Australia dalam upaya putus asa melarikan diri dari bencana ini.

Pada 27 Juni lalu, pengungsi lansia Sri Lanka ditemukan tidak sadar di pantai India menderita dehidrasi parah.