Jepang Langsung Ketar-Ketir, Tiba-Tiba Kapal Perang China dan Rusia Pepet Wilayah Sengketa di Kawasan Negara Samurai Ini, Terkuak Ini Tujuannya

Afif Khoirul M

Penulis

ilustrasi militer China

Intisari-online.com - Belakangan ini Jepang melaporkan aktivitas tak biasa dari dua negara besar China dan Rusia di wilayahnya.

Pada (4/7), Tokyo mengajukan protes ke Beijing setelah mendeteksi bahwa kapal perang Rusia dan China mendekati perairan teritorial pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur.

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa pada pagi hari tanggal (4/7).

Sebuah kapal perusak China memasuki "zona tambahan" Kepulauan Senkaku, yang juga diklaim Beijing dan disebut Diaoyu.

Kapal perang China berada di sana selama sekitar 40 menit.

Setelah sebuah kapal perusak Rusia memasuki perairan selama lebih dari satu jam, kata Kementerian Pertahanan Jepang.

Tidak jelas apakah China dan Rusia memiliki kegiatan militer bersama di daerah ini.

Pejabat Jepang berbicara tentang kemungkinan dua kapal perang memasukinya untuk menghindari badai.

Baca Juga: Situasinya Makin Genting, Amerika Masih Belum Nyerah Malah Sokong Bantuan Senjata Lebih Canggih Lagi ke Ukraina, Tapi Jepang yang Dibuat Ketar-Ketir Karena Hal Ini

Wakil kepala staf Jepang, Seiji Kihara, mengatakan Jepang telah mengirim protes ke Beijing untuk "meningkatkan keprihatinan serius" tentang insiden tersebut.

"Kepulauan Senkaku adalah bagian integral dari Jepang secara historis dan di bawah hukum internasional," katanya.

"Pemerintah akan menangani masalah ini dengan tenang tetapi tegas, untuk melindungi tanah, wilayah udara, dan perairan Jepang," kata Kihara.

China mengkritik keberatan Tokyo. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan pulau-pulau itu sebagai wilayah China.

"Aktivitas kapal China di perairan terdekat adalah sah dan wajar," katanya.

"Jepang tidak berhak membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu," kata Zhao pada konferensi pers reguler.

Jepang memandang aktivitas China yang semakin agresif di Laut China Timur dan Selatan sebagai ancaman bagi stabilitas regional.

Tokyo sangat sensitif terhadap aktivitas China di wilayah yang disengketakan.

Kihara mengatakan ini adalah yang ke-4 kalinya sejak Juni 2016 kapal China melanggar zona tambahan (antara laut teritorial dan zona ekonomi eksklusif).

Artikel Terkait