Intisari-Online.com – Stephanie Lipscomb, 20, adalah seorang mahasiswi keperawatan ketika ia mulai mengalami sakit kepala. Setelah perjalanannya ke rumah sakit, Stephanie terpukul dengan berita yang akan selamnya mengubah jalan hidupnya.
Meskipun sulit baginya untuk memproses berita itu, ia didiagnosis dengan glioblastoma, tumor otak seukuran bola tenis. Dengan berbagai radiasi dan kemoterapi, ia mampu menghapus 98 persen dari tumor. Hal yang tampak bagus, tapi tidak buat mereka.
Kanker itu ternyata kembali. Tidak ada pilihan lain kecuali melakukan pengobatan eksperimental yang belum pernah dicoba pada manusia sebelumnya. Dokter akan menyuntikkan otak Lipscomb dengan polio. Ia dan ibunya setuju bahwa dengan kematian di ujung hidupnya, ia tidak punya apa-apa lagi untuk merasa kehilangan.
“Pada kenyataannya, kita tidak tahu apakah polio itu akan dilakukan. Kami pikir virus polio mungkin membantunya. Kami tidak tahu apa yang akan dilakukan dalam jangka panjang. Rasanya seperti omong kosong. Bagaikan melempar dadu dan berharap Anda akan mendapatkan jawaban yang akan datang tujung dan tidak datang ke mata ular,” kata Dr. Henry Friedman.
Perlakuan aneh bekerja. Polio mulai membunuh kanker yang tendangan awalnya dari sistem kekebalan tubuh untuk melakukan sisa pekerjaan itu. Tumor otak menyusut selama 21 bulan sampai benar-benar hilang. Dokter tidak melihat kanker dalam MRI-nya, hanya lubang yang tersisa dari operasi sebelumnya. Ini adalah sebuah keajaiban!