Find Us On Social Media :

The Power of Giving

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 14 Mei 2016 | 18:20 WIB

The Power of Giving

Intisari-Online.com – Gurat kebahagiaan dan kesenangan ditunjukkan oleh adik-adik saya dan setiap anak kecil yang saya beri angpao (sebuah amplop berwarna merah yang biasanya berisikan uang) di acara Imlek (Tahun Baru Tionghoa). Ketika saya bisa melihat orang lain bahagia, saya pun merasa senang dan bahagia.

Pun setiap kali Hari Natal tiba, ada sosok yang selalu dinanti-nantikan oleh anak-anak di seluruh dunia. Dialah Sinterklas, seorang kakek tua berjubah merah dan berjenggot putih, yang selalu memberikan hadiah kepada anak-anak.  Walaupun kisah tentang Sinterklas hanyalah cerita rekaan, nyatanya anak-anak di seluruh dunia menyukai tokoh ini karena mereka sangat mengharapkan hadiah pemberian dari kakek baik hati itu.

Itulah yang dinamakan "kekuatan memberi". Ada pepatah "The More You Give, The more You Get", (semakin Anda banyak memberi, akan semakin banyak Anda menerima). Jika Anda bisa memberikan apa yang dibutuhkan oleh orang lain, yakinlah Anda pasti akan mendapatkan balasannya. Namun, ketika memberikan sesuatu, berikanlah setulus hati, tanpa mengharapkan imbalan atau balasan.

Stuart Cloete berkata, "Kebahagiaan bisa diraih dengan membuat orang lain bahagia." Saya sependapat. Anda juga pasti setuju. Banyak cara untuk membuat orang lain bahagia, tidak harus selalu dengan materi atau uang. Misal, dengan tersenyum kepada orang-orang yang kita kenal. Boleh juga berupa dorongan moril, dukungan, ataupun motivasi. Dengan membuat orang lain bahagia, pastilah Anda juga akan turut bahagia.

Ada cerita menarik yang menggambarkan tentang hal memberi, dari buku The Man Nobody Knows karya Bruce  Barton. Begini ceritanya. Di Palestina ada dua laut, keduanya sangat berbeda, yang pertama dinamakan Laut Galilea, yaitu sebuah danau yang sangat luas sehingga disebut laut, dengan air yang jernih dan bisa diminum, banyak ikan, dan manusia berenang di dalamnya. Danau itu juga dikelilingi ladang dan kebun hijau, banyak orang yang mendirikan rumah di sekitarnya.

Laut satunya dinamakan Laut Mati. Berbeda dengan Galilea, segala sesuatu yang ada di dalam Laut Mati adalah mati. Airnya sungguh asin sehingga kita bisa sakit jika meminumnya, juga tidak ada ikannya dan tidak ada sesuatu pun yang dapat tumbuh di tepiannya. Tak ada orang yang ingin tinggal di sekitarnya, karena baunya sangat tidak sedap.

Yang menarik, air yang mengalir ke kedua laut ini berasal dari satu sungai, jadi apa yang membuatnya berbeda? Ternyata, laut yang pertama menerima dan memberi. Laut Galilea menerima dan tidak menahan air dari Sungai Yordan, melainkan mengalirkannya melalui dasar danau ke danau lain yang kemudian memanfaatkan airnya.

Sungai Yordan juga mengalirkan airnya ke Laut Mati, namun di sana air itu tidak pernah keluar lagi. Laut Mati menimbun pemberian dengan serakah, tapi ia tak bermurah hati. Setiap tetes yang ia terima ditampung tanpa meneruskannya. la hanya mau menerima tapi tidak mau memberi.

Dari gejala alam nan nyata ini bolehlah disimpulkan, Laut Galilea MEMBERI dan HIDUP. Sedangkan Laut Mati benar-benar MATI, karena TAK MEMBERI apa pun pada lingkungannya. Nah, Anda ingin menjadi yang mana?

Saya selalu ingat pada kata-kata penulis Donald Walters, "Rahasia kemakmuran adalah kedermawanan, karena dengan membagi kepada orang lain, maka hal-hal baik akan diberikan dalam kehidupan kita, bahkan berkelimpahan."

Mulailah dari sekarang untuk selalu berbagi, bisa dengan cara memberi sesuatu yang tidak selalu bersifat materi. Antara lain dengan memberi semangat, memberi senyum, memberi kebahagiaan, memberi perhatian, karena MEMBERI akan membuat hidup Anda menjadi lebih HIDUP. (Johanes Ariffin Wijaya, Intisari Maret 2010)