Find Us On Social Media :

Selalu Pentingkan Orang Lain daripada Diri Sendiri!

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 18 Mei 2016 | 18:15 WIB

Selalu Pentingkan Orang Lain daripada Diri Sendiri!

Intisari-Online.com – Dua orang saudara hidup dalam kemiskinan. Sang kakak merasa puas dengan apa yang dimilikinya dengan rendah hati menjalani kehidupan dalam damai dan kepuasan.

Sementara sang adik selalu gembira, ambisius, dan serakah. Ia ingin menikmati semua kesenangan hidup dan iri pada tetangganya yang kaya. Ia menolak pandangan kakaknya dengan menghina. Pada suatu hari mereka bertemu dengan seorang bijaksana di jalan. Sang adik mengeluh tentang kemiskinan mereka dan kekejaman Tuhan. Orang bijak menghiburnya dan menyarankan mereka untuk berdoa untuk menerima sumber kekayaan jika itu merupakan kehendak Tuhan.

Mereka pun kembali ke rumah masing-masing dan memanjatkan doa-doa mereka dengan semangat besar. Sang adik mulai menerima beberapa berkat. Tananya memberi panen yang berlimpah dan ia memperoleh pinjaman untuk memulai bisnis baru. Status keuangannya pun melambung terus. Tapi kakaknya tetap miskin seperti sebelumnya. Sang adik menganggap bahwa saudaranya tidak layak untuk menerima berkat Tuhan karena doa-doanya tidak pernah dijawab hingga saat ini.

Orang bijaksana datang kembali ke desa mereka dan bertemu kedua bersaudara itu. Ia terkejut menemukan bahwa sang adik telah menjadi seorang pengusaha sukses dan kaya dalam waktu singkat. Orang bijak itu bertanya mengapa ia tidak berbagi bagian dari kekayaannya dengan kakaknya yang masih sangat miskin. Orang kaya itu menjawab bahwa berkat yang ia terima adalah hasil dari doa-doa yang sungguh-sungguh dan kerja keras. Sementara saudaranya tidak pantas mendapatkan hadiah apapun karena Tuhan telah mengabaikan doanya dan meninggalkannya.

Orang bijak itu kemudian berkata kepadanya, “Anda benar-benar keliru, anakku. Tuhan telah menjawab semua doa dari saudara Anda.”

“Tapi saya tidak merasa bahwa ia menerima berkat dari Tuhan. Ia tidak layak untuk mendapatkan kasih karunia Tuhan dan akut tidak peduli padanya,” jawab sang adik yang telah menjadi orang kaya ini.

Orang bijak itu mengoreksinya, “Saya tahu apa yang telah didoakan. Ia berdoa kepada Tuhan untuk Anda. Ia berdoa agar semua doa-doa Anda akan dijawab dan keinginan Anda terpenuhi. Ia tidak berdoa untuk kemakmurannya sendiri. Apa pun yang Anda nikmati sekarang adalah hasil dari campur tangannya. Anda harus berterima kasih kepadanya untuk selamanya.”

Kata-kata itu mengubah orang kaya itu. Ia belajar bahwa brkat yang kita terima tidak perlu buah dari doa-doa kita sendiri atau usaha sendiri, tetapi juga bisa hasil dari doa orang lain untuk kita.

Mari kita jangan hanya melakukan untuk kepentingan diri sendiri atau keinginan untuk mudahnya bermegah, tetapi mari menjadi rendah hati terhadap satu sama lain, selalu mempertimbangkan orang lain daripada diri sendiri. Mari kita melihat kepentingan orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri.