Asah Dulu Kapaknya!

K. Tatik Wardayati

Penulis

Asah Dulu Kapaknya!

Intisari-Online.com – Seorang penebang pohon tertunduk lunglai. la mau mengundurkan diri karena malu tak mampu menebang pohon lebih banyak lagi, walaupun sudah bekerja lebih keras dan lebih lama.

Pimpinannya bertanya, "Kapan terakhir kamu asah kapakmu?"

"Mana sempat, Pak. Saya bekerja lebih keras sampai larut, agar hasilku lebih banyak," tukas si penebang sedih.

Pimpinan menepuk pundaknya, "Ya, itulah penyebabnya, kamu lupa mengasah kapakmu. Kamu sulit menebang lebih banyak pohon dengan kapak tumpul, bukan?"

Makanya ambil jeda sejenak, petik hikmahnya.

Tarik napas dalam

Rasakan ada energi putih, energi bersih, energi terang masuk ke dalam tubuh. Lalu, tahanlah napas beberapa saat, biarkan energi bersih tersebut membersihkan apa yang perlu dibersihkan, menerangkan apa yang perlu diterangkan dan memutihkan apa yang perlu diputihkan. Kemudian, barulah embuskan napas sebanyak mungkin, biarkan kotoran hitam dan gelap keluar dari tubuh. Lakukan tiga sampai tujuh kali saja. Rasakan kenyamanan dalam diri Anda.

Teknik ini amat sederhana. Layaknya sebuah baterai, tentu perlu di-charge agar bisa digunakan kembali. Tidur agar segar. Makan agar bertenaga. Berdiam agar jernih. Tujuannya agar kita bisa melanjutkan perjalanan yang "mungkin" masih jauh. Karena sulit bagi kita untuk bisa I Love You Full bila energi kita enggak full, bukan?

Di manakah aku saat ini?

Marilah terbang sejenak ke atas, terbanglah melayang lebih tinggi. Lihatlah diri Anda saat ini. Apakah Anda sudah berjalan di jalan yang mengarah ke cita-cita yang ingin diwujudkan? Apakah Anda berada di persimpangan jalan? Bingung memilih? Apakah Anda berada di jalan yang mungkin bukanlah jalan yang dipilih? Apakah Anda sendiri tidak tahu ini jalan apa? Where Am I? Di manakah aku saat ini? Di mana ....

Tak perlu terburu-buru untuk menilai, apalagi menyimpulkan bahwa kita salah jalan atau sudah di jalan yang benar. Ambillah jeda sejenak, bernapaslah lebih perlahan sejenak, minumlah sejenak teh pahit yang tersedia. Minumlah sejenak agar perut ini hangat. Lalu, pejamkan mata untuk mengamati dengan pertanyaan berikut ini.

Where Am I Going? Aku ini mau ke mana, sih?

Sulit kita menilai jalan kita salah, bila kita tidak tahu kita mau ke mana? Mana mungkin kita tersesat, jika kita tahu jalan? Kita tahu salah, jika kita tahu jalan. Kita tahu salah, jika kita punya peta tujuan yang mau kita capai.

Marilah kita akhiri tulisan ini dengan pertanyaan reflektif mau ke mana aku ini, bila ini adalah hari terakhirku ...

Apakah aku mau dikenang sebagai seorang yang kalah? Apakah aku mau dikenang sebagai seorang pecundang? Apakah aku mau dikenang sebagai seorang yang hanya menyusahkan orang lain? Apakah aku mau dikenang sebagai seorang sampah masyarakat? Atau apakah aku mau dikenang sebagai seorang yang berguna, seorang yang berhikmah, seorang pemenang, seorang yang meninggalkan belang indah, gading kuat, karya indah, seseorang dengan talenta yang tidak tersia-siakan ...

Ah, serahkan saja jawabannya ke dalam diri. Serahkan saja napas ini pada Dia pemilik senyum ini. Serahkan saja napas ini. Agar kita terus berkarya, agar kita terus kuat melangkah, agar kita terus mampu mendaki, agar kita terus bisa terbang tinggi dan jauh, setinggi dan sejauh yang bisa kita yakini...

God, I love you full ... (Krishnamurti – Intisari September 2009)