Find Us On Social Media :

Crisis is My Power

By K. Tatik Wardayati, Senin, 23 Mei 2016 | 19:00 WIB

Crisis is My Power

Intisari-Online.com – "Every crisis offers you extra desired power" - William Moulton Marston

Di awal Januari 1965, seorang psikolog Martin Seligman, nekat melakukan eksperimen yang cukup berpengaruh bagi dunia kesehatan mental. Bersama rekannya, ia mengondisikan tiga ekor anjing. Anjing-anjing itu kemudian disetrum.

Anjing pertama dikondisikan bahwa ia bisa menghentikan aliran listrik dengan sentuhan hidungnya. Anjing kedua belajar bahwa tak ada satu pun yang bisa dilakukannya. Sedangkan anjing ketiga tidak diberikan setruman apa pun.

Lantas, percobaan dilanjutkan dengan menaruh ketiga anjing itu di kotak yang terpisah oleh pengalang rendah. Di kotak itu, satu sisinya terdapat setruman listrik dan di sisi yang lainnya, aman. Lalu, tibalah saatnya ketika semua anjing ditaruh di bagian beraliran listrik.

Merasa kalah

Apa yang terjadi? Dalam hitungan detik, anjing pertama dan ketiga segera belajar untuk meloncat ke bagian kotak yang aman. Namun apa yang terjadi dengan anjing nomor dua? Ternyata anjing itu tetap membiarkan dirinya disetrum listrik tanpa melakukan usaha apa pun.

Kejadian menarik ini lantas ditulis di Journal of Experimental Psychology. Berdasarkan ilmu psikologi perilaku, tidak pernah terbayangkan bahwa binatang seperti anjing bisa belajar untuk membiarkan dirinya disetrum karena merasa tak berdaya. Inilah yang akhirnya melatarbelakangi suatu pemikiran besar soal perilaku ketidakberdayaan, yang dikenal dengan istilah Learn Helplessness.

Perilaku helplessness anjing tersebut kemudian dipakai untuk menjelaskan apa yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Anjing nomor dua tersebut merasa tidak berdaya dan kehilangan "minat"-nya untuk berusaha. Mungkin dalam pikirannya adalah "semua dunia ini penuh aliran listrik, percuma saya  pergi ke mana pun, hasilnya akan sama."

Gejala-gejala di atas memang terbukti pada anjing. Namun tidakkah kita merasa sering melihat perilaku seperti itu di sekitar kita?

Terbukti, banyak orang kehilangan daya juangnya karena berada dalam situasi krisis dan stres terus-menerus, setelah beberapa lama. Bagi mereka, percuma melakukan apa pun, karena tidak akan bisa diperbaiki lagi situasinya. Mereka pun merasa kalah, lalu mengambil tindakan nekat. Misalkan, mungkin Anda pernah membaca, seorang pria di Jakarta bunuh diri dengan minum cairan serangga di hotel lantaran harga sahamnya anjlok akibat krisis. Di sampingnya terdapat tulisan, "Saya kalah main di lantai bursa. Mereka itu kejam-kejam."

Tata emosi

Sementara itu, di tempat lain, kita melihat masih banyak pengusaha yang mengalami kegagalan dan kekalahan lebih banyak, tetapi mereka tetap tegar dan bersemangat untuk menjalankan bisnisnya. Di sinilah sebenarnya kita melihat perbedaan antara mereka yang cerdas emosinya dengan yang tidak, dalam menghadapi krisis finansial.