Find Us On Social Media :

Semangat Baru

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 26 Mei 2016 | 18:15 WIB

Semangat Baru

Intisari-Online.com – Setiap kali memulai hal atau masuk suasana baru, selalu muncul keyakinan bahwa hari esok pasti lebih baik. Itulah titik momentum dengan energi kolektif yang indah dan dahsyat, yang mengandung sesuatu yang baru. Seolah ada rasa yang berbeda mengikuti kata "baru". Rasa perubahan, rasa reformasi, rasa transformasi. Rasa menjadi Baru.

Tapi mengapa momentum ini sering kali tak bertahan lama? Tak bisa awet dan permanen? Karena kehidupan selalu berubah. Untuk menjadikan momentum itu awet dan permanen, lepaskan dan lupakanlah segala yang lalu. Bagaimana mungkin kita bisa lari lebih kencang atau terbang lebih tinggi, jika "ransel lama" yang berat tetap berada di punggung? Inilah bagian yang sulit dilakukan, hanya karena tidak tahu bagaimana caranya melepas beban masa lalu.

Berikut beberapa ide untuk melepas beban itu. Pertama , bakar. Bakarlah memori masa lalu agar hangus dan lenyap. Bisa dengan membakar foto, atau segala benda yang mengikat kita secara emosi atau membakar memori yang ada di benak kita. Cukup bayangkan kita membakar memori itu sampai sirna atau bisa juga menjadi putih bersih.

Kedua, hapus. Baik juga belajar dari orang Bali, yakni mencuci diri di laut atau mandi di air terjun sebagai salah satu kebiasaan simbolik yang sangat berguna untuk generasi penerus. Mencuci untuk membersihkan kotoran hati, menghapus kekeliruan, menghapus yang salah agar diri menjadi kembali putih bersih.

Ketiga, buang. Membuang sesuatu yang kita anggap buruk, akan membuat kita merasa lebih nyaman, lebih tenang. Termasuk segala benda yang tidak Anda gunakan lagi, dibuang ke bak sampah. Bersih-bersih rumah.

Keempat, bagikan.  Budaya berbagi tentu sangat baik. Apalagi ditambah keyakinan, dengan berbagi kita akan menerima rezeki berkelimpahan di tahun atau masa mendatang. Apa yang bisa dibagikan? Apa saja. Nasi bungkus, uang, pakaian baru, dan Iain-Iain.

Kelima, kubur. Jika ada memori yang gelap dan hitam, sebaiknya dikubur karena kelas bahayanya seperti nuklir. Ambil hikmahnya, lalu kuburkan semuanya. Biarlah memori, pengalaman, keadaan yang hitam tadi menyatu dengan bumi.

Setelah lima hal tadi dilakukan, barulah kita bangun harapan baru. Impian baru. Goal baru. Outcome baru. Boleh apa saja, sebaiknya yang mudah divisualisasikan. Boleh gunakan kalimat panduan berikut, "Apa yang saya ingin wujudkan di tahun atau di masa mendatang?" Ciptakan wujudnya serinci dan sejelas mungkin di benak Anda, sehingga Anda bisa merasakan bahwa wujud itu sudah ada.

"Bekerja keras adalah ibadah". "Anything is Possible". "Di mana ada kemauan, pasti ada jalan. Jika belum ada jalan, maka buatlah jalan". "Semakin aku fokus, semakin cepat aku mencapai impianku". "Semakin keras aku bekerja, semakin sulit aku menyerah". Itulah contoh kalimat-kalimat motivasi.

Atau bisa juga Anda membuat kaul tekad, misal: "Jika aku tak berhasil mencapai target yang kucanangkan, maka aku akan keluar dari perusahaan ini." Pilih dan cari keyakinan baru yang lebih kuat dan lebih dahsyat dari keyakinan Anda sebelumnya. Karena keyakinan baru yang lebih kuat akan menciptakan semangat baru yang lebih besar pula. I

Mengubah keyakinan lama menjadi baru:

  1. Pikirkan sebuah keyakinan lama yang membuat Anda kurang yakin, ragu, khawatir, takut salah, lemah, mudah putus asa. Lalu pindahkan seluruh rasa tersebut ke telapak rangan kiri Anda dan kepalkan perlahan.
  2. Pikirkan kalimat motivasi yang amat membuat Anda yakin, misalnya: "Saya yakin saya adalah pria", "Saya yakin sekali Matahari terbit dari Timur". Kemudian pindahkan seluruh rasa tersebut ke telapak kanan Anda, dan kepalkan dengan sangat eraf. Tahan beberapa detik.
  3. Dalam waktu yang sangat cepat, satukan kedua telapak tangan Anda membentuk posisi berdoa, sesuai iman Anda dan genggam erat-erat. Lalu berdoalah pada Sang Pencipta agar diberikan kekuatan baru dalam mengarungi samudra di tahun atau di masa mendatang, untuk mencapai pulau impian yang lebih indah. (Krishnamurti, mindset motivator – Intisari Februari 2008)