Find Us On Social Media :

Kualitas dari Sebuah Pemberian

By K. Tatik Wardayati, Senin, 30 Mei 2016 | 18:40 WIB

Kualitas dari Sebuah Pemberian

Intisari-Online.com – Alkisah, di sebuah desa kecil hiduplah seorang wanita dengan putrinya yang berumur tujuh tahun, Gowri. Setelah ayah Gowri meninggal dunia, ibunya mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga dan menghabiskan hari-harinya untuk memberikan yang terbaik bagi Gowri.

Meskipun mereka miskin, mereka hidup bahagia di gubuk mereka dengan rendah hati. Setiap hari, ibunya akan menceritakan cerita yang berbeda kepada Gowri tentang Tuhan, tentang cinta, kebaikan, dan kejujuran. Ia juga mengajarkan Gowri bagaimana mengucapkan nama Tuhan sambil melakukan aktivitasnya. Maka iman Gowri pun berkembang dan sifat-sifat kebaikan muncul padanya, seperti ketaatan, cinta, memberi, dll.

Beberapa tahun kemudian terjadi musim kemarau panjang. Sumur kering, sungai menguap, rumput, dan tanaman kering. Tanaman berumput yang berwarna hijau pun menggundul dan berwarna cokelat.

Wanita itu tidak bisa menemukan pekerjaan dan jatuh sakit, karena  hampir tidak ada makanan atau air di sekitar itu. Seluruh desa menghadapi kemiskinan karena tanaman mengering. Air sangat sulit didapat, dan segera, orang-orang mulai berebut air yang bisa mereka temukan. Gowri dan ibunya harus membeli sedikit air dengan menukar panci dan wajan di rumahnya. Sejak ibunya jatuh sakit parah, Gowri pergi mencari air dengan panci yang tersisa di pondok.

Gowri berjalan melewati dasar sungai yang kering dan sepanjang jalan yang mengarah ke gunung. Pada saat ia berjalan, imannya kepada Tuhan terus ia teriakkan. Saat tengah hari, ia melihat air menetes dari batu. Gowri dengan hati-hati memegang panci kecil di bawah batu sampai penuh. Ia senang, karena sekarang ia bisa memberikan air untuk ibunya.

Dalam perjalanan pulang, ketika ia sampai di kaki bukit, ia melihat anak anjing. Anak anjing itu mengalami kesulitan berjalan dan lidahnya menjulur. “Kasihan kau,” kata Gowri. “Saya harus memberikan air minum. Saya yakin akan ada cukup tersisa untuk ibu saya.” Lalu, Gowri menuangkan air ke telapak tangannya. Anak anjing itu bersemangat menjilati air. Ketika ia selesai, ia mengibaskan ekornya tanda rasa syukur dan berlari. Gowri menyebut nama Tuhan dengan konsentrasi penuh dan tidak melihat bahwa air di dalam pancinya tidak berubah.

Dengan cepat ia bergegas kembali ke rumah. Tetangganya, yang sedang mencari ibunya, membuka pintu. Ia begitu haus hingga hampir tidak bisa bicara. Tanpa ragu sedikit pun, Gowri mencurahkan air untuknya. Meminumnya dengna cepat, tetangganya mengatakan, “Terima kasih banyak. Semoga Tuhan memberkati Anda.” Gowri masih tidak melihat bahwa air dalam wadahnya tidak berkurang. Gowri kemudian dengan cepat mencari ibunya dan memegang wadah itu ke bibir ibunya. Setelah  minum, sang Ibu merasa jauh lebih baik dan meminta Gowri minum air yang tersisa. Saat itulah Gowri menyadari betapa hausnya ia! Saat ia akan minum, ia mendengar ketukan di pintu.

Ketika Gowri membuka pintu, ia melihat seorang pengemis tua, katanya, “Tolong beri saya sedikit air. Saya akan mati kehausan jika tidak mendapatkan air segera.” Gowri dengan cepat menyerahkan panci air kepadanya. Pengemis itu tersenyum sambil mengambilnya dan kemudian membalik panci. Air tumpah ke tanah. Sebelum Gowri bisa mengucapkan apapun, air mancur datang dari titik, di mana pengemis itu telah menumpahkan air! Ada cukup air, tidak hanya untuk Gowri dan ibunya, tetapi juga untuk seluruh penduduk desa.

Begitu Gowri sadar dari rasa terkejutnya, ia sudah tidak melihat pengemis itu. Ia menghilang. Gowri menyadari bahwa Tuhan sendiri datang sebagai pengemis itu! Ia merasa bersukacita karena Tuhan telah mengunjungi rumah sederhana itu.

Gowri bisa memberikan air yang berharga kepada orang lain, ia menunjukkan iman yang besar dan kualitas kemampuannya untuk memberikan. Kita umumnya tidak mengatasi situasi sulit seperti itu. Namun, kita bisa puas dan bahagia seperti Gowri, jika kita juga memberikan apa yang kita miliki dan memiliki iman yang penuh kepada Tuhan, tidak peduli kesulitan apa pun yang kita hadapi.