Penulis
Intisari-Online.com – Dalam tradisi Jawa ada kebiasaan ruwahan. Pada kesempatan itu banyak orang pergi ke makam untuk membersihkan batu nisan dan memanjatkan doa bagi keselamatan orang yang telah meninggal. Di makam, orang akan berusaha memperkenalkan saudara-saudara maupun teman-teman yang sudah meninggal kepada orang yang diajaknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh keluarga Pak Panurata.
“Ini makamnya nenek Ibu dna sebelahnya itu makam kakeknya Ayah,” kata Bu Panurata kepada si Pande Wicarawan anaknya.
“Kalau yang itu, Bu?” tanya Pande.
“Makam temannya teman Ayah,” jawab Ibu.
“Kalau yang di pojok itu, Yah?” tanya Pande pada ayahnya.
“Itu makam seorang pejuang yang meninggal terkena pecahan peluru pada saat kita masih dijajah Jepang,” jawab ayah.
“Juga saudara?” Pande ingin tahu lebih lanjut.
“Ya, dia itu masih pakde-nya oom-nya ibumu.”
“Eh lihat, Bu Ramah juga ke makam!” Pande berseru sambil menunjuk pada seorang ibu.
“Siapa dia, Nak?”
“Tetangga kita di seberang jalan. Lho, Ayah dan Ibu tidak mengenalnya?”
Mana yang lebih penting, yang sudah meninggal ataukah yang masih hidup? (Merenung Sambil Tersenyum, Tersenyum Sambil Merenung)