Penulis
Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang tua di sebuah desa. Ia sangat miskin, tetapi raja-raja iri padanya karena ia memiliki kuda putih yang sangat indah.
Banyak Raja yang menawar dengan harga yang luar biasa untuk kuda itu, tetapi orang tua itu berkata, “Kuda ini sudah seperti anggota keluarga bagi saya. Bagaimana mungkin Anda menjual anggota keluarga sendiri?” Orang tua itu miskin, tetapi ia tidak pernah ingin menjual kudanya.
Suatu pagi, orang tua itu menemukan kudanya tidak ada di kandang. Setelah mendengar berita itu, penduduk desa berkumpul di luar rumah orang tua itu dan mulai mengucapkan kata-kata marah kepadanya, seperti, “Kamu bodoh orang tua! Kami tahu bahwa suatu hari nanti, kuda berharga itu akan dicuri. Lebih baik Anda jual. Ini kemalangan buat Anda!”
Orang tua itu berkata, “Anda terlalu jauh menilai. Secara sederhana bahwa kuda itu tidak di kandang adalah sebuah fakta. Tetapi pendapat Anda apakah itu sebuah kemalangan atau berkat bagi saya, kita tidak tahu. Siapa yang tahu kejadian selanjutnya?”
Penduduk desa menertawakan orang tua itu. Mereka berpikir bahwa orang tua itu gila. Tetapi setelah lima belas hari, tiba-tiba pada suatu malam, kuda itu kembali. Rupanya kuda itu tidak dicuri, tetapi melarikan diri untuk sementara ke dalam hutan. Tidak hanya kembali, tetapi ia juga membawa kuda liar yang indah selusin jumlahnya.
Setelah mendengar berita ini, sekali lagi penduduk desa berkumpul di luar rumah orang tua itu dan memujinya, “Hai orang tua, kau benar ini bukanlah sebuah kemalangan, tetapi terbukti bahwa ini menjadi berkat!”
Orang tua itu berkata, “Sekali lagi, Anda terlalu jauh. Bahwa kuda itu kembali, siapakah yang tahu apakah itu berkat atau bukan? Ini hanya bagian dari gambaran yang lengkap. Bagaimana Anda bisa menilai seluruh buku dengan hanya membaca satu kalimat dari buku itu?”
Kali ini, penduduk desa tidak bisa berkata apa-apa, tetapi mereka cukup yakin bahwa orang tua itu salah, tidak akan menari dengan sukacita. Dua belas kuda yang indah datang kepadanya, bersama dengan kuda legendaris, tapa usaha apapun!
Orang tua itu memiliki seorang putra, yang melatih kuda-kuda liar itu. Namun, baru seminggu, anak itu jatuh dari salah satu kuda dan patah kakinya. Setelah mendengar hal ini, penduduk desa berkumpul lagi di luar rumah orang tua itu dan lagi-lagi mereka menghakiminya. Kata mereka, “Sekali lagi, Anda terbukti benar, Anda orang tua yang bijak! Kedatangan dua belas kuda itu ternyata memberi kemalangan besar! Satu-satunya anak Anda telah kehilangan kakinya dan sekarang dalam usia tua Anda, karena hanya ia yang mendukung Anda, Anda kini tidak memiliki seorang pun untuk mengurus Anda. Anda bisa lebih miskin dari sebelumnya!”
Orang tua itu berkata kepada mereka, “Kalian benar-benar terobsesi dengan penghakiman! Tidak perlu sejauh itu. Katakan saja kaki anak saya rusak. Tidak ada yang tahu apakah ini musibah atau berkat. Kehidupan datang silih berganti dan seluruh gambaran kehidupan tidak pernah diberikan kepada kita.”
Beberapa minggu kemudian, kerajaan itu pergi ke medan perang dan semua pemuda desa secara paksa harus terdaftar dalam wajib militer. Hanya anak dari orang tua itu yang tidak ikut, karena ia lumpuh. Seluruh penduduk desa menangis karena mereka yakin bahwa sebagian pemuda desa itu tidak akan pernah kembali lagi. Mereka datang ke orang tua itu dan berkata, “Anda benar orang tua, kecelakaan anak Anda memang terbukti menjadi berkat. Mungkin anak Anda lumpuh, tetapi ia masih bisa bersama Anda. Sementara anak-anak kami pergi untuk selamanya.”
Orang tua itu berkata lagi, “Kalian terus dan terus menilai. Tidak ada yang tahu! Hanya mengatakan bahwa anak Anda telah dipaksa masuk wajib militer dan anak saya belum dipaksa. Tapi hanya Tuhan yang tahu apakah itu berkat atau kemalangan.”
Jika seseorang memiliki iman kepada Tuhan, maka ia tidak bisa menilai peristiwa dalam kehidupan seseorang, tetapi ia meyakini bahwa semua peristiwa terjadi atas kehendak-Nya.