Find Us On Social Media :

Sebuah Rencana Besar Mempertahankan Perkawinan

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 11 Juni 2016 | 18:15 WIB

Sebuah Rencana Besar Mempertahankan Perkawinan

Intisari-Online.com – Seorang konsultan pernikahan yang sangat piawai didatangi seorang klien yang telah menikah selama bertahun-tahun.  “Suami saya pasti tidak tertarik pada saya lagi. Dia sering pulang terlambat dari kantor. Saya tidak tahu pasti, namun dia mungkin sedang menjalin hubungan dengan wanita lain. Saya ingin cerai dengannya.”

Konsultan pernikahan ini sangat cerdas, katanya, “Dengar, suami Anda mungkin justru ingin Anda menuntut cerai darinya. Jadi, jika Anda cerai dengan dia, Anda malah melakukan persis apa yang dia inginkan. Dia akan bilang, ‘Yes!!’ Jadi begini yang harus Anda lakukan… Anda mau ‘kan membalas perbuatannya, dengan cara jangan cerai dulu?

Yang sebaiknya Anda lakukan adalah pergi ke salon kecantikan, percantik diri Anda, coba potongan rambut yang berbeda, membeli baju yang bagus dan bermodel. Setelah beberapa lama, coba upayakan apa Anda bisa membuat suami Anda jatuh cinta lagi pada Anda. Ini mungkin makan waktu beberapa lama, namun ini bisa dilakukan. Benar-benar ramah dan bersikap baiklah terhadapnya. Lakukan semua yang bagus-bagus yang dia senangi. Sebab rencananya adalah…. ketika dia mulai menyukai Anda lagi, terutama ketika mulai jatuh cinta lagi kepada Anda, saat itu….Ceraikan dia!”

Klien itu berkata, “Oke! Jadi begitu, ya!”

Jika si istri menceraikan suaminya ketika si suami itu ingin bercerai, itu malah melakukan persis dengan rencana si suami. Maka si istri membeli baju yang bagus-bagus, merias diri, benar-benar ramah dan menyenangkan terhadap suaminya, dan setiap satu atau dua minggu ia menemui konsultannya. “Jadi, bagaimana perkembangannya?” tanya si konsultan perkawinan.

“Sesuai rencana! Ia mulai pulang lebih awal,” lapor si istri. “Bagus! Lanjutkan!” kata si konsultan. Kemudian selama dua minggu berikutnya, si suami mulai lebih baik terhadapnya, lebih lembut, lebih mencintai, rencana itu berjalan dengan baik!

Sampai suatu ketika , klien itu tidak datang lagi untuk sesi konseling selama sebulan, jadi si konsultan meneleponnya, “Apa yang terjadi? Anda belum menelepon. Apakah dia jadi lebih baik?”

“Oh, iya.. tentu!”

“Ia jadi lebih lembut dan sayang kepada Anda?”

“Ya, ya, ya!”

“Apakah dia sudah jatuh cinta kepada Anda”

“Sudah!”