Penulis
Intisari-Online.com – Seorang pedagang kaya memiliki burung indah yang bisa berbicara. Dia sangat menyukai burung itu dan selalu menguncinya di kandang karena takut kehilangannya.
Burung itu secara bertahap berhenti belajar cerita baru dan lagu-lagu yang diajarkan oleh pedagang. Meski begitu, karena memiliki suara yang manis dan sopan serta menyenangkan, pedagang itu tetap menyukainya.
Setelah beberapa tahun, pedagang itu akan mengadakan perjalanan bisnis ke tanah air burung itu. Ia mengatakan kepada burung itu bahwa ia akan ke tanah air si burung dan bertanya apakah ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk burung itu. Burung itu menanggapi dengan penuh semangat dan meminta untuk ikut dalam perjalanan itu. Pedagang itu tidak setuju, takut kalau-kalau burung berharga itu akan dicuri atau menemukan cara untuk melarikan diri.
Burung itu kemudian meminta agar pedagang itu memberikan pesan ke keluarga burung, yang langsung disetujui oleh pedagang itu. Burung itu meminta kepada pedagang untuk menginformasikan pada keluarganya bahwa ia ditangkap dan disimpan dalam kandang untuk menghibur tuannya. Lalu, burung itu meminta pedagang untuk menanyakan kepada keluarganya bagaimana ia bisa terus berkembang bila ia hanya tinggal di kandang.
Pedagang itu melakukan perjalanan ke tanah air si burung dan pergi ke hutan untuk mencari keluarga burung itu, berusaha untuk menepati janjinya. Setelah beberapa waktu, ia menemukan keluarga burung dan menyampaikan pesan kepada mereka. Setelah mendengar penangkaran burung itu dan permintaannya, semua keluarga burung itu jatuh, dari pohon-pohon ke tanah, seakan mati. Mata burung yang menjatuhkan diri itu terlihat ngeri di mata pedagang.
Setelah kembali ke rumah, pedagang itu memberitahu burung tentang apa yang terjadi di hutan. Setelah mendengar cerita itu, burung itu segera jatuh ke dasar kandang. Pedagang itu merasa bahwa burung itu shock mendengar cerita sedih burung yang terbunuh. Dengan hati-hati ia membuka kandang, mengeluarkan burung itu, dan dengan lembut meletakkannya di atas meja untuk siap dimakamkan. Begitu tangan pedagang itu melepaskan burung ke meja, burung itu segera terbang, dan keluar dari jendela.
Setelah burung itu terbang menjauh, pedagang itu marah dan meminta menjelaskan maksud peristiwa itu. Burung itu dengan tenang menjawab, “Keluarga saya memberikan pesan untuk saya. Menanggapi pertanyaan saya bagaimana saya bisa terus berkembang sementara dipenjarakan di kandang itu, mereka menunjukkan jalan menuju kebebasan, yaitu berpura-pura mati, sehingga Anda mengeluarkan saya dari kandang.”
Dari kisah di atas, burung itu mencapai kebebasan dengan menggunakan akal yang benar. Demikian pula kita, bisa mencapai kebebasan dari semua kekhawatiran dan kesulitan kita dengan menggunakan akal kita dengan melakukan latihan spiritual.