Menggenggam Harapan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Menggenggam Harapan

Intisari-Online.com – 7 Desember 1998, di bagian utara Armenia, terjadi gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter yang menghancurkan sebuah gedung sekolah di antara bangunan-bangunan lainnya.

Di tengah keramaian dan suasana panik, seorang bapak berlari menuju sekolah tersebut, tempat anaknya menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari, ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia ucapkan kepada anaknya itu, “Hai anakku, apapun yang terjadi, papa akan selalu bersamamu!”

Sesampainya di tempat di mana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur total! Ia hanya berdiri saja di sana sambil menahan tangis. Namun kemudian…tiba- tiba ia pergi ke bagian sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan tangannya sendiri ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di sana. Ada seseorang yang sempat menegurnya, “Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua pasti sudah mati.”

Bapak itu menjawab, “Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu bisa membantu mengangkat batu-batu ini!” Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si bapak tidak bisa berhenti memikirkan anaknya, maka ia menggali terus.

Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh jam, tiga belas jam, delapan belas jam. Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara dari bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat sebagian dari papan itu, dan berteriak, “Armando!”, dan dari kegelapan di bawah itu terdengarlah suara kecil, “Papa!”. Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain, rupanya anak-anak yang selamat itu ikut berteriak!

Semua orang yang ada di sekitar reruntuhan itu, kebanyakan para orangtua dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan mereka. Mereka menemukan 14 anak yang masih hidup itu! Pada saat Armando sudah lebih dahulu diselamatkan , ia kemudian membantu menggali dan mengangkat batu-batu sampai teman-temannya diselamatkan semua. Semua orang mendengar ketika ia berkata kepada teman-temannya itu, “Lihat, aku sudah bilang ‘kan, bahwa papaku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita!”

Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup kita. Di saat kita dalam kegelapan, tertimpa oleh macam-macam beban masalah, jatuh dalam kelemahan dan dosa. Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus harapan, dan lantas mengibarkan bendera putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah kita akan bersikap seperti Armando, yang terus menggenggam harapan? Bahwa seseorang sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita? Seseorang yang tak akan pernah menyerah sampai kita sudah di dalam pelukan-Nya? (KBS)