Penulis
Intisari-Online.com – Seorang pria memiliki seorang putri kecil, yang sangat dicintainya. Ia hidup hanya untuk anaknya, anaknya adalah hidupnya. Maka ketika anaknya sakit dan penyakitnya tidak dapat diobati bahkan oleh dokter yang terbaik, ia menjadi seperti kesurupan, mencoba yang terbaik untuk kesembuhan anaknya.
Upaya yang dilakukannya sia-sia, akhirnya putri kecilnya itu meninggal. Sang ayah benar-benar tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Ia menyendiri, menutup diri dari teman-temannya, menolak setiap kegiatan yang mungkin bisa dilakukan untuk memberikan ketenangan dan membawanya kembali ke kehidupan normal.
Hingga suatu malam ia bermimpi. Ia berada di surga dan menyaksikan kontes malaikat kecil. Mereka berbaris panjang tak berujung. Setiap baju malaikat yang mereka kenakan diujungnya terdapat lilin. Ia melihat, satu lilin dari malaikat kecil tidak menyala. Kemudian ia melihat bahwa lilin yang tidak menyala itu adalah milik gadis kecilnya. Bergegas ke arah putri kecilnya, pria itu memeluk anaknya, membelai dengan lembut dan bertanya, “Bagaimana mungkin lilin milikmu adalah satu-satunya yang tidak menyala?”
“Ayah, tadinya lilin itu menyala, tapi air mata ayah selalu memadamkannya,” kata putrinya.
Saat itu ia terbangun dari mimpinya. Pelajaran itu jelas, dan efek itu nyata. Sejak saat itu ia tidak lagi menyendiri, tetapi berkumpul dengan riang bersama-sama temannya lagi. Tidak akan lagi ada lilin yang karena terpadamkan oleh air matanya yang tak berguna.