Penulis
Intisari-Online.com – Suatu hari datanglah seorang anak muda yang sedang memiliki banyak masalah ke orang bijak. Dalam kunjungannya tersebut, orang bijak memberinya pelajaran tentang garam di gelas dan telaga.
Ketika sudah duduk bersama, anak muda ini menceritakan semua masalahnya pada orang bijak. Sang orang bijak hanya diam saja. Ia meminta tamunya untuk mengambil segelas air lalu menaburkan dua sendok garam ke dalamnya. Orang bijak itu lalu meminta sang anak muda untuk meminummnya.
Belum ada satu teguk, anak muda itu sudah meludahkan air garam dan berkata bahwa air tersebut rasanya sangat tidak enak. Orang bijak hanya tersenyum sedikit lalu mengajak tamunya itu berjalan-jalan ke danau yang tak jauh letaknya.
Sesampainya di sana, mereka duduk di tepi telaga yang luas. Orang bijak itu menuangkan satu toples garam ke dalam telaga dan ia mengaduk telaga itu dengan sebatang kayu. Setelah mengaduk selama beberapa saat, ia mengambil gelas yang sama dan menyidukkan air ke dalam telaga.
Ia meminta si anak muda untuk meminumnya. Kali ini, si anak muda minum dengan puas karena air itu segar dan sama sekali tidak terasa asin.
Seperti itulah pahitnya kehidupan. Berat atau tidaknya hidup bukan ditentukan dari masalah yang ada. Semua sangat tergantung dari ‘wadah’ masing-masing orang. Jika kamu meletakkan dua sendok garam pada hati yang sempit, hidupmu akan terasa sangat buruk.
Namun walaupun ada setoples masalah di hidup, bila hatimu lapang dan luas seperti telaga, maka kepahitan itu tak akan terasa lagi. Ubahlah setiap kepahitan menjadi kesegaran dan kebahagiaan.