Membagi Selimut

K. Tatik Wardayati

Penulis

Membagi Selimut

Intisari-Online.com – Seorang ibu muda meninggal ketika anak pertamanya lahir. Suaminya membesarkan anaknya semata wayang dengan limpahan kasih sayang. Kerabat dan teman-temannya memintanya untuk menikah lagi, tapi ia menolak dan menghabiskan hidupnya semata-mata untuk anaknya.

Anak semata wayangnya itu dibesarkan sendirian, menerima pendidikan yang baik, dan akhirnya bekerja dengan baik. Ia menikah dengan seorang gadis kaya dan orang tua itu merasa cukup puas. Seorang anak lahir dari pasangan itu, dan sang kakek sangat mengasihi cucunya dan membantu dalam membesarkan dan mendidik anak pasangan itu.

Suatu hari, sang kakek mendengar percakapan anaknya dengan istrinya. Mereka rupanya berencana untuk mengirimkan orang tua itu ke panti jompo. Ia terkejut mendengar rencana mereka. Berpura-pura tidak mengetahui niat mereka, ia sendiri mengusulkan kepada anak dan menantunya untuk pindah ke rumah jompo agar dapat beristirahat lebih baik dan kehidupan yang meditatif. Anaknya pura-pura enggan tapi menyetujui seakan menghormati keinginan ayahnya. Sementara anak mereka mendengarkan ketika orangtuanya merencanakan mengusir kakeknya ke panti jompo.

Sang kakek bersiap-siap untuk berangkat. Ia ditanya oleh anaknya apakah menginginkan sesuatu yang istimewa untuk di rumah jompo. Orang tua itu meminta selimut wol untuk melindunginya dari cuaca dingin. Anaknya meminta anak-anaknya untuk membawakan selimut pada kakek mereka.

Sang cucu pergi ke kamar tidur kakeknya dan kembali dengan bungkusan setelah waktu yang lama. Ayahnya bertanya mengapa ia lama sekali dan kembali lagi membawa selimut. Anaknya menjawab, bahwa ia butuh waktu untuk memotong selimut itu menjadi dua bagian. Terkejut mendengar jawabannya, ayahnya bertanya pada anaknya, “Mengapa memotong selimut itu?”

Anaknya menjawab dengan polos, “Aku ingin menyimpannya yang setengah lainnya. Aku akan memberikannya kepada Ayah ketika aku mengirim Ayah ke panti jompo kelak ketika Ayah sudah tua!”

Kata-kata anak itu membuka mata semua. Mereka saling berpelukan. Mereka pun tinggal bahagia bersama di rumah mereka sendiri.

Banyak yang menganggap kita bahwa orang tua sebagai gangguan dan menolak untuk menampung mereka di rumah kita. Layanan seumur hidup dan pengorbanan mereka sering kita lupakan. Banyak orang tua yang kejam lalu menaruh orangtuanya di rumah jompo.

Adalah tugas kita untuk menghormati dan melindungi orangtua kita. Jangan lupakan bagaimana orangtua kita menderita untuk membesarkan kita. Kita berutang hidup pada mereka. Bagaimana kita bisa membayar mereka untuk semua yang telah mereka lakukan untuk kita.