Find Us On Social Media :

Cinta yang Berputar Mengelilingi Kita

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 9 Agustus 2016 | 18:30 WIB

Cinta yang Berputar Mengelilingi Kita

Intisari-Online.com – Suatu hari seorang pria melihat seorang wanita tua, terdampar di sisi jalan, tetapi dalam cahaya redup,  ia bisa melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan bantuan. Pria itu berhenti di depan mobil wanita itu dan membiarkan mobilnya masih menyala ketika ia mendekatinya.

Meski dengan senyum di wajah pria itu,  wanita tua itu terlihat khawatir. Tidak ada seorang pun yang berhentik untuk membantunya selama jam-jam terakhir ini. Apakah ia akan menyakitinya? Ia bisa melihat wanita itu ketakutan, berdiri di luar sana dalam hawa dingin. Ia tahu bagaimana perasaannya. Ia menggigil ketakutan.

Pria itu berkata, “Saya di sini untuk membantu Anda, Bu. Mengapa Anda tidak menunggu di dalam mobil yang lebih hangat? Oh, ya, nama saya Bryan Anderson.”

Rupanya ban mobil wanita tua itu kempes. Bryan merangkak ke bawah mobil mencari tempat untuk menempatkan dongkrak, lalu berusaha mengganti ban mobil itu. Tapi ia mendapati tangannya kotor dan terluka. Saat bryan sedang mengencangkan baut ban mobil, wanita tua itu menurunkan kaca jendela dan mulai berbicara dengannya. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya lewat. Ia tidak bisa mengucapkan kata-kata untuk siapa yang datang menolongnya.

Bryan hanya tersenyum sambil menutup peralatannya. Wanita itu bertanya berapa banyak ia berutang padanya. Bryan tidak pernah berpikir dua kali tentang bayaran. Itu bukan pekerjaannya. Ia hanya membantu orang yang membutuhkan, dan Tuhan, telah memberinya tangan di masa lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperit itu, dan tidak pernah terpikir olehnya untuk bertindak dengan cara lain.

Bryan mengatakan bahwa jika wanita tua itu ingin membayar kembali, waktu berikutnya ia melihat seseorang yang membutuhkan, ia bisa memberikan orang itu bantuan yang mereka butuhkan, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah saya.”

Bryan menunggu sampai mobil wanita tua itu melaju pergi. Hari dingin dan menyedihkan, tapi ia merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa mil jalan, wanita tua itu melihat sebuah kafe kecil. Ia pergi untuk sekadar membeli makanan kecil, dan melepaskan rasa dinginnya sebelum kakinya melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Itu adalah restoran yang sepi. Di luarnya dua buah pompa gas tua. Asing sepertinya bagi wanita itu.

Pelayan datang dan membawa handuk bersih untuuk menyeka rambutnya yang basah. Ia memiliki senyum yang manis, meski ia berdiri sepanjang hari. Wanita itu melihat bahwa pelayan itu sedang hamil delapan bulan, tapi ia tidak pernah membiarkan ketegangan dan nyeri mengubah sikapnya. Wanita tua itu bertanya-tanya  bagaimana seseorang yagn memiliki begitu sedikit bisa memberi kepada orang asing. Kemudian ia teringat Bryan.

Setelah wanita itu selesai makan, ia membayar dengan uang seratus dolar. Pelayan cepat pergi untuk mengambil kembalian, tapi wanita tua itu sudah menyelinap keluar dari pintu. Ia pergi pada saat pelayan itu akan kembali. Pelayan itu bertanya-tanya di mana wanita itu. Lalu ia melihat sesuatu tertulis di serbet.

Air mata pelayan itu menetes ketika ia membaca apa yang ditulis oleh wanita tua itu, “Anda tidak berutang apa-apa. Saya juga. Seseorang pernah membantu saya, ini cara saya membantu Anda. Jika Anda benar-benar ingin membayar saya kembali, inilah yang harus Anda lakukan: Jangan biarkan rantai kasih ini berakhir dengan Anda.”

Di bawah serbet itu terdapat empat lembar, lebih banyak dari tagihan yang seratus dolar.