Penulis
Intisari-Online.com – Kita bisa menganalogikan perjalanan manusia seperti pensil. Agar bahagia, kita perlu menjadi layaknya pensil dalam hidup.
Masih mencontoh pensil dalam hidup, kita juga haru singat bahwa hal terpenting dari sebatang pensil bukanlah kulit luarnya. Orang mungkin pertama kali menilai pensil dari kayunya yang bagus, warna atau gambar yang menarik, dan sebagainya. Namun hal terpenting dari pensil tentu tetap grafit yang ada di dalamnya.
Bagian luar pensil atau penampilan luar manusia akan hilang dimakan waktu. Bagian luar ini akan terkelupas atau akan selalu ada gambar dan desain lain yang jauh lebih bagus dari milik kita. Namun ingat, yang terpenting adalah grafit. Fokuslah untuk mengembangkan diri dan menuliskan hal-hal baik dalam hidup. Penampilan luar bukanlah hal yang terpenting.
Pensil juga tak pernah merasa perlu membandingkan diri. Di dunia ini ada pensil, bolpen, spidol, dan sebagainya. Pernahkah pensil ingin menjadi spidol? Tentu tidak. Begitu jugalah dengan manusia yang setiap individunya unik. Kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita memiliki peran yang unik di dunia. Jadi tak perlu membandingkan diri atau ingin menjadi seperti orang lain.
Terakhir, pensil selalu meninggalkan bekas. Pensil yang baik selalu digunakan, bahkan hingga kecil dan habis. Jangan sampai kita menjadi pensil yang seumur hidup tak pernah digunakan sehingga sama sekali tak meninggalkan jejak.
Dalam hidup, manusia harus berbuat sesuatu. Lakukanlah hal yang baik dan benar agar saat kelak kita pergi, bekas-bekas itu masih akan mengena di hati orang lain. Sadarilah setiap tindakan kita saat ini karena itu semualah bekas yang akan tertinggal dan dikenang oleh dunia.