Penulis
Intisari-Online.com – Seorang pemuda miskin bersama kuda hitamnya hidup di sebuah desa terpelosok. Dari penampilan luarnya, tidak ada sesuatu yang menonjol pada diri pemuda tersebut, dia terlihat serupa dengan pemuda-pemuda desa yang lain. Hanya sifat sabarnya lah yang membedakan dia dengan penghuni desa yang lain.
Namun, orang-orang desa memiliki pandangan berbeda mengenai sifat sabarnya, sehingga mereka memanggilnya si bodoh. Mendapatkan julukan negatif terhadap dirinya, sang pemuda hanya tersenyum, dalam hatinya selalu terpatri nasehat ayahnya, “Sabar satu kali, hilang satu masalah.”
Kabar mengenai pemuda tersebut akhirnya sampai juga di telinga raja yang berkuasa pada saat itu. Tertarik untuk mengetahui kesabaran sang pemuda, akhirnya sang raja pun ingin menguji sang pemuda. Raja pun memanggil prajurit terhandalnya untuk merampok rumah sang pemuda. Raja ingin mengetahui, bagaimanakah reaksi sang pemuda, apabila kuda hitam yang merupakan harta berharga sang pemuda dicuri.
Tibalah saat yang telah di rencanakan oleh sang raja, prajurit suruhannya pun bereaksi dengan cepat. Menunggu waktu di saat sang pemuda sedang tertidur lelap, prajurit suruhan raja pun membawa kuda hitam sang pemuda ke kekerajaan. Dan tak lupa, dia pun menempatkan seorang prajurit lainnya, yang menyamar sebagai petani, untuk memata-matai reaksi sang pemuda.
Pagi harinya, saat sang pemuda bangun dari tidurnya, bergegas dirinya ingin memberi makan sang kuda kesayangan, namun dia pun tidak menemukan kudanya, yang ada hanya tali kekang kuda yang putus terkena tebasan benda tajam. Namun dari wajah sang pemuda, tidak terlihat perasaan sedih ataupun marah. Yang ada hanyalah senyuman yang menghiasi bibirnya.
"Semoga si pencuri kuda, bisa mendapatkan manfaat dari kudaku ini, sehingga bisa mengurangi masalah yang dihadapinya," katanya kemudian.
Mendapatkan kabar dari sang prajurit mata-mata mengenai reaksi sang pemuda, raja pun tergugah, dan memerintahkan prajuritnya untuk menjemput sang pemuda, menjadi penasehat kerajaan.
Kesabaran yang dimiliki oleh sang pemuda berakhir dengan kebahagian bagi dirinya. Orang-orang desa yang dulu memandangnya bodoh, sekarang menyesali sikap mereka.
Sabar adalah sikap yang sangat sulit kita lakukan belakangan ini. Sering kali sabar kita sama artikan dengan merendahkan diri kita sendiri. Namun coba bayangkan apabila seluruh penghuni dunia ini menyikapi kata sabar , tentu saja tidak akan ada perang di antara kita, tidak akan ada lagi pertumpahan darah atas dasar ego dan kemarahan, dan tentu saja tidak akan ada lagi kecelakaan-kecelakaan lalu lintas akibat ketidaksabaran itu sendiri.
Sebelum terlambat, mari kita belajar untuk bersabar mulai hari ini, mulai dari hal yang kecil. Dan tentu saja, sikap sabar yang kita kembangkan dapat menjadikan kita sebagai insan yang bijak bagi diri kita sendiri maupun orang lain. (KBS)