Penulis
Intisari-Online.com – Seorang ibu muda memiliki bayi berumur tujuh bulan. Saat ia bekerja sebagai guru, seorang gadis diperbantukan untuk merawat bayinya selama siang hari.
Suatu malam, saat ia mendekati rumahnya, ia melihat mobil pemadam kebakaran ngebut menuju rumahnya. Ia berlari untuk mencapai rumahnya yang terbakar. Gadis yang bekerja di rumahnya menangis keras-keras karena bayi yang diasuhnya masih dalam buaian di dalam rumah yang terbakar. Kebakaran itu terjadi ketika ia pergi dari rumah itu meninggalkan bayi yang tertidur untuk sementara waktu. Api yang semakin membesar membuat gadis itu tidak bisa memasuki rumah untuk menyelamatkan bayi yang diasuhnya. Pemadam kebakarna mencoba cara yang terbaik untuk memadamkan kobaran api.
Tanpa menunggu, sang ibu bergegas ke dalam rumah yang terbakar dan mencapai ayunan tempat bayinya tertidur. Ia berjuang di tengah kobaran api di sekelilingnya hanya dengan tangan telanjang. Memegang bayinya dalam dekapan dada, sang ibu keluar dari amukan api. Bayinya hanya luka ringan karena ia dapat diselamatkan. Tapi ibu itu menderita luka bakar parah. Tangannya luka bakar dan ia segera dilarikan ke rumah sakit. Ibu itu pulih setelah pengobatan jangka panjang namun bercak putih lebar dan cacat permanen terlihat di tangannya. Namun, ibu itu tidak pernah mengungkapkan kejadian tersebut ke anaknya, bahkan hingga anaknya tumbuh menjadi remaja.
Suatu hari, anaknya yang sudah tumbuh remaja berkata kepada ibunya, “Ibu, tangan Ibu benar-benar jelek. Aku tidak ingin melihatnya. Jangan datang untuk pertemuan orangtua besok. Teman-temanku bisa melihat tangan Ibu dan menertawakanku.”
Ibunya terkejut. Ia tahu bahwa sudah waktunya untuk mengungkapkan semuanya. Ia mengatakan kepada anaknya, “Ya, tangan Ibu terlihat jelek dan menjijikkan. Dulu ia secantik dirimu. Tapi jika Ibu mencoba melindungi kecantikannya, engkau tidak akan hidup hari ini.” Ibunya kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada anaknya.
Anak itu benar-benar marah. Ia menangis dan jatuh mencium kaki ibunya. Ia melanjutkan mencium tangan ibunya dan sambil menangis, anak itu berkata, “Ibu, kau memiliki tangan yang paling cantik di dunia ini. Aku gagal untuk melihat kecantikannya. Maafkan aku, Ibu.” Ia tidak pernah lupa bahwa hidupnya adalah hadiah dari ibunya.
Ada pepatah yang dimodifikasi oleh Rudyard Kipling (1865 – 1936), penulis, Inggris, “Tuhan tidak bisa di mana-mana dan oleh karena itu Dia menciptakan Ibu.”