Find Us On Social Media :

Kisah Pemanah yang Sombong

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 24 Agustus 2016 | 19:00 WIB

Kisah Pemanah yang Sombong

Intisari-Online.com – Dua orang pemuda, Arya dan Seta, berguru memanah kepada Resi Bhirawa. Semasa mudanya, Resi Bhirawa adalah pemanah ulung. Setelah tua, ia menyepi di hutan dan mengajarkan ilmunya kepada kedua muridnya itu.

Arya dan Seta sama-sama pemanah berbakat. Sulit menentukan, siapa yang lebih pandai. Keduanya juga rajin berlatih dan selalu patuh kepada Resi. Hanya watak mereka yang sedikit berbeda. Arya berwatak keras, angkuh, dan sangat ingin menjadi pemanah terbaik. Sebaliknya Seta berwatak lembut, rendah hati, dan selalu menyembunyikan kemampuannya.

Setelah merasa cukup memberikan ilmu, Resi Bhirawa berpesan kepada kedua muridnya.

"Muridku, sudah saatnya kalian meninggalkan padepokan ini. Kejarlah cita-cita kalian di luar sana. Pesanku, jadilah orang baik dan selalu membela kebenaran."

Arya dan Seta memberi hormat, dan dengan berat hati meninggalkan gurunya.

Arya melanjutkan perjalanan menuju istana kerajaan Kahuripan. Berkat kepandaiannya memanah, ia diterima menjadi prajurit. Tidak lama kemudian ia diangkat sebagai prajurit kepala.

Seta memilih untuk hidup tentram di desa. Ia bertani dan sesekali berburu. Untuk menjaga kemampuannya, ia rajin berlatih memanah.

Suatu ketika, Prabu Awangga, Raja Kahuripan, mengadakan sayembara memanah. Pemenangnya akan menjadi menantu raja. Menjadi suami Putri Dewi Sekar Sari. Sayembara tersebar sampai ke pelosok desa dan negara-negara tetangga.

Sebagai pemanah, Arya sangat yakin akan menjadi pemenang.  "Tidak akan ada yang sanggup mengalahkan aku!" kata Arya dengan sombong kepada teman-temannya.

Hari perlombaan akhirnya tiba juga. Ribuan rakyat berkumpul di lapangan, menyaksikan jago-jago pemanah bertarung. Para pangeran, panglima, dan orang biasa mempertunjukkan kehebatan memanah. Penonton berdecak kagum dan bersorak-sorak memberi semangat.

Pada akhirnya, memang Arya-lah yang menjadi pemenang. Tak ada yang bisa mengalahkannya. Anak panahnya selalu tepat mengenai sasaran. Penonton bersorak-sorai menyambut kemenangannya.

Perdana Menteri bersiap hendak mengumumkan pemenang sayembara. Namun tiba-tiba ada pemuda yang bersenjata panah, maju ke tengah gelanggang.