Penulis
Intisari-Online.com – “Lho, lalu dua kaleng lain isinya untuk apa Pak? Tabungan maksudnya?” saya pun menjawab sambil menerima mangkok bakso yang diulurkan oleh bapak tersebut.
“Bukan Pak, kaleng yang hijau ini isinya uang yang saya sisihkan untuk sedekah. Walau tidak banyak, setiap tahun saya selalu bisa melaksanakan ibadah kurban. Walau tidak besar jumlahnya, saya tiap tahun bisa membeli satu ekor kambing,” ujar bapak itu sambil tersenyum.
Saya yang sudah menerima mangkok bakso sampai lupa untuk makan karena kagum. “Lalu kaleng satunya lagi untuk apa pak?” lanjut saya. “Nah, kalau yang itu untuk cita-cita saya berangkat haji dengan istri. Memang sampai sekarang uangnya belum cukup untuk berangkat namun saya yakin jika memang diberi kesempatan, saya dan istri bisa ibadah haji,” jawab bapak itu dengan lembut.
Setelah mendengar penjelasan bapak penjual bakso tersebut, saya sangat tersentuh. Dalam keterbatasannya ia bahkan masih ingat untuk bersedekat dan selalu menyisihkan uang untuk melaksanakan ibadah haji. Namun ada satu hal yang mengganjal sehingga saya bertanya lagi, “Maaf Pak bukan bermaksud untuk lancang, tapi bukannya ibadah haji itu hanya untuk yang mampu saja?”
Bapak itu menatap saya dengan ramah lalu menjawab, “Mampu itu kan tidak ada definisinya. Saya tidak pernah menganggap diri sebagai orang tak mampu. Saya selalu yakin bahwa dengan bekerja keras dan jujur, suatu hari nanti Insyallah saya akan mampu berangkat naik haji dengan hasil keringat sendiri.”