Penulis
Intisari-Online.com- Rabu (26/06/2013) SBY menggunakan kesempatan jumpa pers untuk “membela diri” soal permintaan maafnya kepada Malaysia dan Singapura. Padahal, ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan: meminta maaf karena asap di Riau telah “merepotkan” warga negara kedua tetangga kita itu.
Tingkat “kerepotan” tersebut sampai pada berita bahwa seorang perempuan penderita asma di Kota Muar, wilayah selatan Malaysia, meninggal dunia. Diduga kematian perempuan bernama Li Cai Ling ini terkait kabut asap yang masih menyelimuti Malaysia (kompas.com). Orang-orang yang mengritik SBY untuk urusan minta maaf ini, barangkali lupa bahwa di antara kita, tuan rumah biasa meminta maaf untuk segala “kekurangan” dalam penyelenggaraan acara, baik disengaja maupun tidak. Apalagi untuk urusan seserius asap yang berpotensi menyebabkan orang sakit dan meninggal ini.
Beberapa waktu lalu, entah kapan persisnya, Ding Jinhao (15) mengguratkan grafiti di Kuil Luxor yang usianya sudah 3.500 tahun umurnya, di Mesir. Bunyinya, “Ding Jinhao was here”. Grafiti tersebut dipotretnya dan diunggahnya di Internet. Belasan ribu mikroblogger me-repost grafiti tersebut dan dalam waktu tak lama, keberadaan Ding di Nanjing, tanggal lahirnya, sampai sekolahnya sudah beredar daring (online).
Website sekolahnya sampai jadi sasaran hacker gara-gara perbuatan Ding yang “bikin malu”. Akhirnya, orangtua Ding menyatakan “minta maaf kepada rakyat Mesir dan kepada semua orang di seluruh Cina yang mengamati masalah ini.” Malah kemudian pejabat Cina secara resmi meminta para turis Cina agar lebih beradab ketika berada di luar negeri. Orangtua Ding meminta maaf, karena Jinhao masih menjadi tanggung jawab mereka. Dengan meminta maaf, orangtua Ding telah melakukan kewajibannya. Seperti SBY mewakili seluruh bangsa meminta maaf kepada rakyat negeri tetangga.
Obama pun tak terhindar dari kericuhan sampai harus minta maaf. Awal April lalu, dalam acara penggalangan dana di California, ia memuji kecantikan Jaksa Agung California, Kamala Harris (yang memang cantik dan seksi). Dia mengatakan kepada hadirin bahwa Harris “adalah jaksa agung paling keren di seluruh AS.”
Komentar itu kontan mengundang kritik habis-habisan, menuduh Obama “sexist.” Akhirnya Obama sampai harus menelepon Harris dan meminta maaf karena “telah menyebabkan gangguan”. Tentang pengalaman SBY dan Obama itu, andaikan Gus Dur masih hidup, ia pasti akan geleng-geleng kepala sambil berucap, “Gitu aja kok repot!”
Mudah-mudahan masih banyak orang Indonesia yang belum lupa bahwa satu tanda kecil yang membedakan orang beradab dan tidak adalah kemampuan mereka untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan minta maaf. Hamka pernah menulis, “Hendaklah adab sopan anak-anak itu dibentuk sejak kecil karena ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirusakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan.”