Penulis
Intisari-Online.com -Sudah empat bulan ini letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara tak kunjung henti, memaksa 8.161 kepala keluarga atau 26.174 jiwa untuk mengungsi (Menko Kesra Agung Laksono, Suara Pembaruan 18-19 Januari 2014). Memasuki pertengahan Januari, giliran Jakarta yang dilanda bencana rutin: banjir.Ketika bencana banjir Jakarta menjadi perhatian dari seluruh negeri akibat pemberitaan yang gencar, tiba-tiba Sulawesi Utara membelokkan pandangan. Banjir bandang di Manado dan sekitarnya, yang diwarnai tanah longsor, sampai Jumat (17 Januari 2014) telah merenggut nyawa 18 orang, menghilangkan dua orang, merusak 101 rumah, menyeret puluhan kendaraan dan menyebabkan banyak kerusakan lainnya.
Memperbaiki kerusakan jelas tidak bisa segera. Pengungsi juga tidak bisa cepat-cepat pulang ke tempat asal dan kembali dengan rutinitasnya. Alam porak-poranda, sarana dan prasarana rusak, bahkan hilang. Banyak orang kehilangan nafkah dan mata pencaharian. Ancaman kemiskinan ada di depan mata.
Menurut Menko Kesra juga, potensi terjadinya kemiskinan baru semakin tinggi seiring dengan makin banyaknya bencana yang diprakirakan terjadi di tahun 2014 ini, terutana bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan lahar dingin di pelbagai daerah.Lebih dari 85% bencana hidrometeorologi akan terjadi dari total kejadian bencana selama 2014. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 70 juta penduduk tinggal di daerah rawan banjir, dan 124 juta di daerah rawan longsor.
Yang selama ini dilakukan pemerintah sebatas melakukan pemetaan terhadap daerah yang terdampak bencana dan menghitung kerusakan ekonomi yang ditimbulkan. Jabaran dari cara kerja ini adalah skema-skema bantuan yang kemudian juga dilakukan oleh pihak swasta. Sifatnya tentu saja sementara, karena solusi permanen sangatlah berat, rumit, dan berjangka panjang.
Tapi setiap bencana tentu memiliki sifat dan sebabnya sendiri. Bencana letusan gunung berapi seperti Sinabung, misalnya, hanya bisa dihadapi dengan pemahaman saksama atas sifat gunung berapi itu. Baik melalui pendapat dan keputusan para ahli gunung berapi maupun berdasarkan kearifan lokal yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat sekitar gunung itu sejak dahulu kala.Sedangkan bencana banjir niscaya bisa diatasi selama aliran air aman dan leluasa, tidak mampat oleh kotoran dan menyempit oleh permukiman. Tanah longsor? Pelajaran ilmu bumi paling mendasar pun memberitahu kita bahwa dataran tinggi perlu pepohonan agar akar-akarnya menangkap dan menyerap air, tidak membiarkannya mengguyur deras ke dataran rendah sembari menerjang segala penghalang.
Kita harus berpikir ulang tentang cara kita hidup dan bertempat tinggal, tentang cara kita mengambil dari alam, juga cara kita memperlakukan alam. Dunia telah memberi kita amat banyak, sampai-sampai kita lupa bahwa pemberian pun ada batasnya.